Minggu, 28 November 2021

Busana Adat Bali Perlu Dilestarikan

 

NAMA         : DEWA AYU PUTRI NOVITAYANI
NO ABSEN : 01
KELAS        : XI DPIB 2


Busana Adat Bali Perlu Dilestarikan

     Pada perkembangan saat ini sangat mempengaruhi zaman.  Salah satunya yaitu terjadinya pergeseran etika dalam berbusana adat ke pura oleh generasi muda Hindu di Bali. Banyak dari mereka terutama kaum perempua  yang memakai model baju kebaya yang kurang sesuai. Wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan transparan dengan kain bawahan (kamen) bagian depan hanya beberapa cm dibawah lutut untuk melakukan persembahyangan dan penggunaan perhiasaan yang berlebihan. Sedangkan kaum pria masih banyak yang mengenakan udeng/destar yang tidak benar, tidak memiliki ikatan ujung udeng menghadap ke atas. Ada juga penggunaan kamben untuk para pria yang tidak menyentuh tanah (tidak ada kancut), dan pemakaian tinggi saput dan jarak kamben bagi kaum pria yang salah biasanya sejengkal dari mata kaki. 
Permasalahannya sekarang, di balik fenomena penampilan selebritis umat hindu tersebut, akan membawa implikasi berupa terjadinya pergeseran orientasi nilai yang semestinya menekankan pada substansi dan essensi, tetapi yang terjadi dan berkembang justru lebih mengutamakan tampilan materi (kemasan). Fenomena inilah yang oleh Sugiharto dalam Adlin (2007:2) di sebut sebagai situasi modern, dimana paradigma utamanya adalah tubuh/materi dan pikiran. Penguamaan tubuh dan materi menghasilkan budaya konsumerisme. Sedangkan pengutamaan pikiran melahirkan iptek. Dalam situasi macam itu ‘ruh’ tersisih. Yang di kedepannya adalah bagaimana saya ‘menjadi’ orang yang lebih berkualitas dan lebih bermakna.
      Synnott, mengemukakan bahwa, "tubuh kita dengan bagian-bagiannya dimuati oleh simbolisme kultural, publik dan privat,postif dan negatif, politik dan ekonomi, seksual, moral dan seringkali kontrivesial". Pakaian adalah salah satu ciri khas seseorang dalam berpenampilan. Masyarakat banyak yang enggan menggunakan busana adat bali karena mereka takut akan ketinggalan zaman dan mereka berfikir bahwa itu trend berpakaian ke pura itu di harapkan pakaian yang bisa menumbuhkan rasa nyaman baik yang memakai maupun yang melihat, menumbuhkan rasa kesucian, dan mengandung kesederhanaan, warnanyapun akan lebih baik yang berwarna tidak ngejreng, jadi karena pakaian bisa menumbuhkan kesucian pikiran.                                                                                                                     
       Bukan berarti agama Hindu menolak modernisasi atau menolak modifikasi dalam pemakaian pakaian adat ke Pura, namun kita sebagai penganutnya harus bisa menempatkan dimana seharusnya modernisasi dan modifikasi itu ditempatkan, kalau tidak begitu bila semua berpakaian modifikasi sampai pemangku bermodifikasi bagaimana jadinya suasana di Pura. Tentu itu akan mengakibatkan sebuah penyimpangan dalam berpakaian kepura.                                                                                  
      Sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu memahami dan juga melakasakan etika dalam  berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya karena mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu konsentrasi  tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk.
      Manusia sebenarnya sudah terlahir sebagai makhluk yang suci. Jadi sebenarnya secara logika, kita sembahyang telanjang bulat pun tidak masalah. Lalu mengapa harus berbusana? pakaian itu diciptakan dengan tujuan untuk menutupi badan, dan baju merupakan salah satu bagian dari alat upacara. Manusia menciptakan sarana upakara dengan tujuan kita bisa lebih memahami ajaran agama kita. Dasar konsep dari Busana adat Bali adalah konsep tapak dara (swastika). 
      Pada saat manusia tidak berbusana adat, tubuh manusia masih suci, belum dibagi-¬bagi menurut konsep Tri Angga berlaku. Konsep ini baru terbentuk ketika manusia sudah berbusana adat. Sebenarnya tidak ada lontar¬-lontar yang menunjukkan tentang busana adat Bali. 
        Berpenampilan tetap cantik/tampan, rapi dan bersih pada saat melakukan persembahyangan yang bertujuan agar perasaan nyaman muncul, sehingga persembahyangan pun bisa dilakukan dengan baik. Untuk bisa tampil cantik, tentu tidak harus menggunakan pakaian kebaya, dan aksesori serba mahal. Semua harus disesuaikan dengan keperluan saja, jangan sampai berlebih yang bisa menimbulkan kesan pamer, ingatlah tujuan kita kepura itu untuk “mecari kedamaian dan mendekatkan diri dengan tuhan bukan untuk mencari sensasi”. Mulai dari pakaian atau kebaya, pilih yang tepat untuk acara persembahyangan, dan rambut sewajarnya, demikian juga aksesoris. Dan jangan lupa agar filosofis dalam berpakaian tidak dilupakan. Karena itu adalah sebuah budaya yang patut untuk di pertahankan. 
Dengan berpakaian rapi, nyaman untuk digunakan dan tidak mengganggu penglihatan orang lain serta dengan tidak melupakan unsur-unsur filosofis berpakaian itu akan jauh lebih baik daripada memakai pakaian transparan dan memakai kamben cukup tinggi hingga memperlihatkan paha. Pada akhirnya kembali kepada pemakai busana tersebut apa kata hati nurani (atmanasthuti)nya. Pantaskan sebuah trend busana tersebut dipakai untuk melakukan yadnya atau persembahyangan, sedangkan untuk melakukan semua itu diperlukan pikiran yang suci umat. 
Diperlukan kesadaran semua umat untuk turut mensucikan pura antara lain dengan kesucian pikiran  diri sendiri dan orang lain. Pakaian untuk upacara adat merupakan seperangkat pakaian yang digunakan seorang didalam kegiatan-kegiatan yang terfokus pada adat. Di Bali pelaksanaan upacara adat selalu dikaitkan dengan desa, kala, patra (tempat,waktu, keadaan). Konsep “desa-kala-patra” inilah kemudian melahirkan keanekaragaman bentuk (variasi) didalam pelaksanaan upacara adat itu sendiri. Keanekaragaman ini terjadi pula di dalam penggunaan busana Bali demikian kaya dan bervariasi.
Pakaian adat yang digunakan untuk mengikuti rangkaian upacara-upacara diatas bentuknya bervariasi sesuai dengan kondisi keluarga yang bersangkutan ataupun sesuai dengan golongan tri wangsa pemakainya. Hal yang terakhir ini bisa saja kurang diikuti sepenuhnya sehubungan dengan perkembangan ekonomi masyarakat Bali yang semakin baik, yang pada gilirannya melahirkan kelas-kelas sosial yang mapan. Mereka memilki kemampuan ekonomi, status sosial yang memugkinkan mereka menggunakan busana yang pada zaman dahulu hanya digunakan kalangan bangsawan. Bahkan, tidak sedikit wisatawan yang secara khusus datang ke Bali untuk memenuhi keinginannya mengenakan busana pengantin Bali dalam tingkatan tertentu tanpa halangan adat dan sosial.
Busana untuk Upaca Keagamaan
Pakaian untuk upacara keagamaan digunakan seseorang pada waktu melakukan persembahyangan di Pura, hal ini mencakup Pura Keulan, seperti sanggah, merajan, panti, dadya, dan sebagianya maupun pura yang termasuk kahyangan tiga dan sad kahyangan. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya yang datang ke pura tertentu. Umumnya, pemakaian busana ke pura lebih menentukan warna yang melambangkan kesucian batin mereka, seperti warna putih dan kuning.
Konvensi yang secara tidak tertulis, yang mengatur pemakaian busana adat Bali tersebut tampaknya sangat ditaati masyarakat Hindu di Indonesia. Kecenderungan demikian tidak saja menarik untuk dilihat namun juga merefleksikan kegairahan masyarakat Hindu untuk mendalami kemudian memberi bobot pada sikap spiritualitas masing-masing. Dalam hal ini, tampak berlaku sikap integritas, dalam arti, sikap spiritualitas yang sedemikian itu seyogyanya disertakan dengan pemakaian dengan pemakaian busana yang juga mencerminkan bobot spiritualitas itu sendiri. Dalam berbusanapun, masyarakat Hindu di Indonesia masih sempat mempertimbangkan harmonisasi bentuk dan isi dan keteraturan serta keharmonisan berbusana dapat dianggap sebagai bentuk yang mewadahi isi.
     Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Sebagaimana bola bumi berotasi, zaman terus berputar menghadirkan perubahan. Dinamika perubahan tidak pernah berhenti bergerak, seiring kemajuan peradapan manusia dengan kebudayaannya yang selalu tumbuh berkembang. Apapun bentuk-bentuk penampilan luar seperti halnya berbusana fashionable dengan kelengkapan aksesoris tubuh lainya, apalagi dalam konteks melaksanakan upacara persembahyangan yang lebih mengutamakan etika keagamaan, maka paduan pokoknya adalah norma etis religis, bukan semata-maa tampilan estetis dengan kecenderungan berklibad pada trend mode seperti halnya fashion show yang lumrah di peragakan oleh kalangan selebritis.
Walaupun tidak ada penerapan sanksi untuk menggunakan busana adat Bali, namun diharapkan kesadaran dari masyarkat Bali terhadap tata cara berbusana adat yang baik dan benar.
       Untuk melestarikan busana adat bali kini telah diterbitkan;
PERATURAN GUBERNUR NOMOR 79 TAHUN 2018 TENTANG HARI PENGGUNAAN BUSANA ADAT BALI
Maksud Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu untuk mewujudkan :
 a. penggunaan Busana Adat Bali yang baik dan benar.
 b. kebanggaan berbusana adat Bali.
 c. peran serta masyarakat dalam upaya pelindungan, pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan Busana Adat Bali. 
Tujuan Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu untuk mewujudkan :
 a. menjaga dan memelihara kelestarian Busana Adat Bali dalam rangka meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti.
 b. menyelaraskan fungsi Busana Adat Bali dalam kehidupan masyarakat sejalan dengan arah pemajuan Kebudayaan Bali dan Indonesia.
c. mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam budaya Bali untuk digunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional.
 d. mendorong peningkatan pemanfaatan produk dan industri busana lokal Bali.
Unsur Busana Adat Bali :
(1) Unsur Busana Adat Bali untuk perempuan sekurang-kurangnya terdiri atas:
 a. kebaya
 b. kamen
c. selendang (senteng)
 d. tata rambut rapi
 (2) Unsur Busana Adat Bali untuk laki-laki sekurang-kurangnya terdiri atas: 
a. destar (udeng)
b. baju
c. kampuh
 d. selendang
 e. kamen
Waktu Penggunaan Busana Adat Bali : 
(1) Waktu pelaksanaan Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu pada jam kerja setiap Hari Kamis, Purnama, Tilem, dan Hari Jadi Provinsi pada tanggal 14 Agustus.
Selain ditetapkannya peraturan gubernur tersebut kini telah ada cara untuk melesatarikan busana adat Bali yaitu; 
Mengadakan dan mengikuti lomba pakaian adat kepura
Mengadakan parade busana adat
Membuat busana adat bali seragam jika memiliki cukup uang
Memperkenalkan pakaian daerah melalui medium yang modern, misalnya boneka sepasan laki-laki dan perempuan yang menggunakan pakaian adat Bali tentu digemari anak-anak dan kolektor.
Mengadakan lomba merancang pakaian baju adat Bali dengan memberikan sentuhan modern juga termasuk tindakan pelestarian.
Jadi kita ini sebagai masyarakat Bali marilah lestarikan busana adat Bali agar tetap lestari dengan mendukung program PERGUB BALI  dengan menggunakan pakaian adat bali setiap hari kamis dan hari-hari suci tertentu bagi masyarakat Bali yang berumat hindu.
“MARI LESATRIKAN BUSANA ADAT BALI”


15 komentar:

  1. Kadek Arta Wiguna
    XII DPIB 1
    19108
    Situasi dan kondisi dari dampak perkembangan zaman memang tidak bisa dihindari. Perkembangan zaman ini juga berpengaruh terhadap cara berpakaian , cara berfikir dan psikologis manusia itu sendiri. Jika dikatakan zaman sekarang banyak orang yang memakai pakaian adat bali kurang sesuai khususnya perempuan yang dikatakan mengumbar aurat, apa bedanya dengan zaman dulu?. Jika kita lihat pada foto-foto tahun jadul, gadis-gadis atau perempuan bali bahkan tidak memakai baju.
    Tapi menurut saya, permasalahan ini hanya terletak pada situasi dan kondisi zaman . Jika zaman dulu mungkin disebabkan oleh kurangnya atau sulitnya mendapatkan pakaian sedangkan sekarang hanya karena lebih mementingkan gaya dibandikan fungsi dan maknanya. Jadi disini diperlukan kesadaran dari masyarakat itu sendiri, harus tahu tempat dan situasi. Misalkan jika sembahyang ke pura harus memakai kebaya yang lebih tertutup, jika ke acara pernikahan bisa menggunakan pakaian sesuai trend. Dan sekarang juga telah dibuat aturan setiap hari Kamis, bulan purnama atau tilem menggunakan pakaian adat bali. Ini adalah salah satu cara melestarikan busana adat bali yang dilakukan oleh pemerintah.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Km wahyu perdana putra
    XII DPIB 1 / 19117

    Mengenai penggunaan pakaian adat ke pura memang menjadi polemik yang sangat serius khususnya di Bali. Penggunaan pakaaian adat bali khususnya saat-saat hari raya suci agama hindu memiliki tujuan agar memperlihatkan kesucian dalam diri kita melalui sebuah pakaian. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman yang sudah modern ini menjadikan sebuah perubahan dalam hal model berpakaian yang sedang mengalami trend saat ini. Memang jika kita datang ke sebuah pura besar contohlah pura besakih, para pemedek yang sedang tangkil bagaikan sedang mengadakan kontes pakaian dengan berbagai macam corak warna dan model yang diperlihatkan. Berbeda sekali jika kita lihat 10 tahun yang lalu jika kita lihat pakaian seseorang saat datang kepura itu memakai pakaian adat putih kuning yang melambangkan kesucian. Dan jika kita lihat lagi masa lalu di tahun 1800-an para masyarakat bahkan melakukan persembahyangan hanya telanjang dada. Itu berarti bagaimana cara kita berpakaian bukanlah hal utama yang dilihat mata tuhan akan tetapi rasa ikhlas dan yadnya yang kita persembahkan kehadapannya. Akan tetapi, kita harus menenpatkan cara berpakian kita pada tempat dan waktu yang tepat, sesuai dengan ajaran leluhur kita.

    BalasHapus
  4. Putu yuda restiana / XII DPIB 1
    28/19124

    Mereka rata rata setuju dan menyatakan penggunaan busana adat Bali dan bahasa serta aksara Bali perlu dilestarikan dan bisa dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Meski tak menggambarkan masyarakat Bali secara keseluruhan, dari hasil polling tersebut diperoleh gambaran ternyata masyarakat Bali merespon positif agar pelaksanaan Pergub dijalankan dengan baik di masyarakat.

    BalasHapus
  5. I Gede angga jayastrawan
    XII DPIB 1
    19101
    Busana adat bali merupakan ciri khas kebudayaan bali yang harus kita jaga dan lestarikan.
    Tetapi Di zaman modern ini banyak model busana adat bali yang kurang sesuai.dengan ini mari kita menggunakan busana adat bali yang baik dan benar sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 Tentang penggunaan Busana Adat Bali, agar kebudayaan di bali tetap lestari.

    BalasHapus
  6. Qirhan Shavna
    XII DPIB 1
    19125

    melestarikan tradisi Bali dapat dimaknai sebagai upaya melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan tradisi warisan leluhur.
    salah satunya melestarikan busana adat bali,
    berpakaian adat Bali lengkap dengan kain tradisionalnya harus dimaknai sebagai upaya untuk mempertahankan identitas kebalian yang tiada duanya.
    Pengembangan tradisi leluhur bermakna menyempurnakan melalui perubahan, penambahan atau sejenisnya tanpa mengebiri orisinalitas.

    Busana Adat Bali merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional yang perlu dilestarikan dalam rangka pembinaan dan pengembangan budaya nasional. penggunaan Busana Adat Bali yang baik dan benar diharapkan kepada masyarakat akan menjaga dan memelihara kelestarian Busana Adat Bali dalam rangka meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti dan mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam budaya Bali untuk digunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional.

    BalasHapus
  7. Nama: Ketut Nadya Sukmareni
    XII DPIB2
    19146


    Sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu memahami dan juga melakasakan etika dalam berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya karena mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu konsentrasi tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk.Hal Ini Masih Menjadi Polemik Khususnya Dibali Dan Harus Selalu Diperhatikan.

    BalasHapus
  8. Nama : GEDE ANGGA PRASETIA YOGA
    Kelas : XII DPIB 1
    No.Absen : 01
    Pada hakikatnya manusia tidak dapat melawan arus globalisasi, termasuk dalam hal berpakaian. Seperti halnya dengan berpakaian adat kepura. Berpakaian adat kini sudah mempunyai tren nya tersendiri dari tahun ke tahun. Akan tetapi hal ini terlihat melenceng karena terkena pengaruh budaya luar. Sebagai remaja milenial yang aktif akan perkembangan zaman, kita boleh mengikuti tren atau fashion yang terus berkembang, tetapi perlu diingat juga agar selalu memperhatikan budaya, pakem atau aturan aturan yang sudah ada sejak dulu. Dengan sudah diberlakukannya Pergub ini, saya selaku kaum milenial berharap agar semua remaja remaja Bali dapat menyadari hal ini agar kebudayaan dibali tetap ajeg dan lestari.

    BalasHapus
  9. Nama : Kadek Resdu Winata
    Kelas : XII BKP 1
    Nomor : 14


    Sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu memahami dan juga melakasakan etika dalam berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya karena mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu konsentrasi tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk.Hal Ini Masih Menjadi Polemik Khususnya Dibali Dan Harus Selalu Diperhatikan.

    BalasHapus
  10. Nama:kadek ardana
    Kls:Xl DPIB 2
    Penggunaan Busana Adat Bali dilakukan untuk memperkuat adat dan budaya Bali serta bentuk komitmen terhadap adat, agama, seni, tradisi dan budaya di Provinsi Bali. Selain itu, untuk melestarikan kebudayaan Bali dan memperkenalkan kebudayaan Bali ke generasi muda karena kebudayaan Bali akan diwariskan turun temurun.

    BalasHapus
  11. Nama:putu rachelina geraldi
    Kelas:XII DPIB 1

    Pada zaman dulu orang bali menggunakan busana adat bali yang sopan seperti kebaya kainnya tidak transparan lengan panjang dan kamen menutupi mata kaki,namun zaman sekarang telah mengalami modifikasi seiring perkembangan zaman.ketika saat persembahyangan suci di tempat suci seharusnya mengikuti aturan yang sesuai meski dianggap kuno,karena jika kita berpakaian sopan dan rapi maka hati kita akan ikut bersih dalam persembahyangan.jika generasi muda ingin memodifikasi busana adat bali maka itu dibolehkan namun busana adat bali yang di modifikasi sebaiknya digunakan di acara resepsi pengantin,fashion show,atau acara bebas lainnya. Sehingga kita dapat membudayakan busana adat bali dan juga dapat mengikuti arus globalisasi perkembangan zaman.selain busana yang sopan dan sesuai aturan, dalam persembahyangan biasanya harus dimulai dari hati lalu pakaian.belum tentu orang yang memakai pakaian tidak sopan atau sesuai aturan bisa dikatakan memiliki hati tidak bersih,jadi jangan melihat dari penampilan/pakaian.





    BalasHapus
  12. Nama:kt lanus hery permadi
    No:16
    Kls:xii dpib 2
    jika generasi muda ingin memodifikasi busana adat bali maka itu dibolehkan namun busana adat bali yang di modifikasi sebaiknya digunakan di acara resepsi pengantin,fashion show,atau acara bebas lainnya. Sehingga kita dapat membudayakan busana adat bali dan juga dapat mengikuti arus globalisasi perkembangan zaman.selain busana yang sopan dan sesuai aturan, dalam persembahyangan biasanya harus dimulai dari hati lalu pakaian.belum tentu orang yang memakai pakaian tidak sopan atau sesuai aturan bisa dikatakan memiliki hati tidak bersih,jadi jangan melihat dari penampilan/pakaian.

    BalasHapus
  13. Nama ; km dyo darma pala
    No : 20
    Kls : dpib 2
    1. sebagai umat hindu semestinya kita mencontohkan berpakaian rapi,baik dan benar kepada wisatawan
    2.para pria masih banyak yang mengenakan udeng/destar yang tidak benar, tidak memiliki ikatan ujung udeng menghadap ke atas.
    3. penampilan sekarang justru lebih mengutamakan tampilan materi (kemasan)
    4. salah satu ciri khas seseorang dalam berpenampilan bisa disebut pakaian.
    5.Sebagai generasi muda memang seharusnya memiliki etika dalam sembahhyang ke pura

    BalasHapus
  14. Nama ; km dyo darma pala
    No : 20
    Kls : XII dpib 2
    1. sebagai umat hindu semestinya kita mencontohkan berpakaian rapi,baik dan benar kepada wisatawan
    2.para pria masih banyak yang mengenakan udeng/destar yang tidak benar, tidak memiliki ikatan ujung udeng menghadap ke atas.
    3. penampilan sekarang justru lebih mengutamakan tampilan materi (kemasan)
    4. salah satu ciri khas seseorang dalam berpenampilan bisa disebut pakaian.
    5.Sebagai generasi muda memang seharusnya memiliki etika dalam sembahhyang ke pura

    BalasHapus
  15. Nama : Ketut Ari Widiastana
    Kelas : XII DPIB 1
    No : 14


    Pada zaman dulu orang bali menggunakan busana adat bali yang sopan seperti kebaya kainnya tidak transparan lengan panjang dan kamen menutupi mata kaki,namun zaman sekarang telah mengalami modifikasi seiring perkembangan zaman.ketika saat persembahyangan suci di tempat suci seharusnya mengikuti aturan yang sesuai meski dianggap kuno,karena jika kita berpakaian sopan dan rapi maka hati kita akan ikut bersih dalam persembahyangan.jika generasi muda ingin memodifikasi busana adat bali maka itu dibolehkan namun busana adat bali yang di modifikasi sebaiknya digunakan di acara resepsi pengantin,fashion show,atau acara bebas lainnya. Sehingga kita dapat membudayakan busana adat bali dan juga dapat mengikuti arus globalisasi perkembangan zaman.selain busana yang sopan dan sesuai aturan, dalam persembahyangan biasanya harus dimulai dari hati lalu pakaian.belum tentu orang yang memakai pakaian tidak sopan atau sesuai aturan bisa dikatakan memiliki hati tidak bersih,jadi jangan melihat dari penampilan/pakaian.

    BalasHapus

Naskah Bebondres

Bondres merupakan salah satu kesenian tradisional Bali. Pada mulanya, Bondres merupakan selingan dalam kesenian topeng di Bali. Namun, belak...