Tampilkan postingan dengan label Teks Pidato. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teks Pidato. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 November 2021

Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21

 

 Teks Pidato


Oleh Panji Narada

X BKP 1/2021.2022



Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato dalam kegiatan perayaan Bulan Bahasa tahun 2021.

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

salam sejahtera untuk kita semua

namo budaya,

om swastiastu

Yang terhormat, kepala SMK Negeri 3 Singaraja, yang saya hormati Bapak/Ibu guru, yang saya hormati para pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 3 Singaraja yang selalu bersemangat pada masa pandemi.

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena atas anugrah kesehatan yang diberikan, kita bisa berkumpul untuk menjawab tantangan Abad ke-21

 

Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21

abad  ke-21 yang kini tengah kita alami, sebagaimana telah dikaji para ahli bahwa abad 21 telah menimbulkan tantangan yang berdampak pada terjadinya krisis di bidang karakter. Daniel Bell sebagaimana dikutip Mochtar Buchori menyebutkan adanya enam tantangan di abad ke-21; yaitu integration of economy, fragmentation of politic, interdependence, high technologi, dan new colonization in culture.

Keenam tantangan yang ditimbulkan abad ke-21 ini baik langsung atau tidak langsung berdampak pada terjadinya krisis di bidang karakter.

Bagaimana kita mengatasi krisis karakter ini?

Hadirin, untuk mengatasi hal tersebut, dengarkanlah pidato saya yang berjudul Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21.

Hadirin, yang berbahagia,

Pendidikan karakter secara harfiah dapat diartikan merubah atau membentuk watak, perilaku, perangai, tabi’at, dan kepribadian seseorang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.Sedangkan secara esensial pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban  manusia yang lebih baik. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Profil pelajar Pancasila menawarkan pendidikan karakter yang telah teruji sepanjang sejarah bangsa Indonesia.

 

Profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Gambaran profil pelajar Pancasila digambarkan sebaggai berikut.

Pertama, Pelajar Indonesia  yang berakhlak mulia adalah pelajar yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak bernegara. Sebagai contoh, kita melakukan persembahyangan sesuai agama kita.

Kedua, Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Mari menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Ketiga, Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.Sebagai contoh, gunakan masker selama pandemi. Jika punya lebih, mari berbagi masker untuk yang tidak punya.

Keempat, Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Artinya, sebagai pelajar kita memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri. Pembelajaran daring selama pandemi, sebaiknya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Kelima, Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

Keenam, Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Apakah selama belajar di rumah kita tetap kreatif? Jika belum, mari kita lakukan, manfaatkan media digital untuk mendapat manfaat selama pandemi.

Hadirin, Itulah 6 ciri pelajar yang memiliki profil Pancasila. Mari kita tunjukkan secara nyata melalui proyek-proyek digital yang disuguhkan oleh pandemi Covid-19! 

 

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih, mohon maafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan di dalam hati.

 

AS..

Om. santhi-santhi-santhi om

 

Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21

 

Kadek Ira Noviani

X DPIB 1/2021.2022

 

 “Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21”

 

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato dalam kegiatan perayaan Bulan Bahasa tahun 2021.

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

salam sejahtera untuk kita semua

namo budaya,

om swastiastu

Yang terhormat, kepala SMK Negeri 3 Singaraja, yang saya hormati Bapak/Ibu guru, yang saya hormati para pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 3 Singaraja yang senantiasa berbuat kebaikan pada masa pandemi.

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena atas anugrah kesehatan yang diberikan, kita bisa berkumpul untuk selalu memiliki profil pelajar Pancasila.

 

Hadirin yang berbahagia, tantangan kita pada masa pandemi semakin besar sebagai pelajar Pancasila, karena itulah saya berdiri berpidato dengan judul “Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21”

 

Mengapa saya mengangkat topik tersebut?

Hadirin, saya melihat selama pandemi Covid 19 kita selalu berkutat pada pembelajaran digital baik melalui bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. Berbagai permasalahan muncul ketika kita belajar tanpa bimbingan guru. Salah satu contoh permasalahan yang muncul adalah kita dihadapkan pada isu-isu sejarah, politik, dan kekerasan di media sosial. Sebagai remaja, tentunya kita belum paham dengan baik realita tersebut. Akhibatnya, banyak yang terseret pada jurang kehancuran, frustasi, dan malas belajar lagi.

 

Hadirin, Apakah kita harus terus terperosot di dalam jurang itu?

Tentu tidak. kita punya senjata untuk bergegas kembali ke jalan yang benar. Senjata apa itu?

Profil Pelajar Pancasila

 

Profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Pertama,

Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pelajar Pancasila memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.

 

 

Kedua,

Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Perilaku pelajar Pancasila ini menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Elemen kunci berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

Ketiga,

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

Elemen kunci gotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

Keempat,

Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.

Elemen kunci mandiri adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.

Kelima,

Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

Elemen kunci bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.

Keenam,

Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Elemen kunci kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan yang orisinal.

 

Hadirin, senjata inilah yang menjadi kunci untuk meraih sukses pada era digital. Marilah berkarya dengan dilandasi profil pelajar Pancasila. 

 

Hadirin,

jalan aspal di singaraja

Riang gembira kita melaju

Jangan hanya hafal Pancasila

tapi laksanakan untuk maju

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih, mohon maafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan di dalam hati.

 

AS..

Om. santhi-santhi-santhi om

bantul

BANTUL SUDAH RATA DENGAN TANAH “Bantul kabarnya sudah rata dengan tanah!” desah orang-orang di sebelah. Wajah mereka hampir menunjukkan eks...