BERNYANYI DENGAN TEMBANG ARJA
Tak dapat ku katakan, apakah bulan terang atau gelap.
Samar-samar kulihat terang, malam-malam kulihat ada bulan di atas rumahku
Hanya satu kulihat bulat, apakah karena bulat bentuknya atau bulat bentuk mataku.
Jangan tanya aku lagi!
ALGOJO:
Dirah, tahukah kamu, akibat tindakanmu, kota ini mengalami perlambatan ekonomi. Kamu tahu kan kota ini bersandar pada ekonomi pertanian dan perairan.
DIRAH:
Tahu, Tuan. Saya tahu. Kota ini akan mati tanpa adanya air dan pertanian. Namun, apa hubungannya dengan tuduhan yang dilayangkan kepada saya, bahwa saya membunuh banyak orang di kota ini.
ALGOJO:
Dirah, hari ini sebelum saya penggal kamu, kamu berhak tahu kesalahan-kesalahanmu sehingga pada kehidupan yang akan datang ketika kamu reinkarnasi, kamu tidak melakukan kejahatan yang sama lagi.
Dirah:
Sejak aku menjadi tertuduh, hingga didakwa pasal pembunuhan, bahkan sekalipun saya tidak bisa melakukan pembelaan dan pembuktian yang kalian harapkan. Bahkan kalian menambah-nambahkan pasal perencanaan pembunuhan sehingga saya harus menerima pasal berlapis. Sudahlah, penggal saja kepala saya. Tidak perlu penjelasan tuan.
ALGOJO:
Sombong, perempuan yang sangat angkuh dan keras kepala. Walaupun kamu segera mati, masih saja tidak menyadari kesalahan. Begini saja, sekarang terimalah karma kehidupan ini. Akui kesalahan dengan lapang dada, semoga kelak menjadi manusia, bukan binatang atau setan.
Dirah:
Tidak! Saya tidak melakukan pembunuhan. Apalagi, kalian melapiskan pasal pembunuhan untuk sebuah wilayah. Aku tidak pernah melakukannya.
ALGOJO:
Walaupun saya bukan hakim, saya akan mendengar ceritamu karena seorang algojo seperti saya, masih punya juga hati nurani. Katakan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu didakwa sebagai pembunuh ribuan orang di kota ini?
Dirah:
Saya tidak tahu Tuan. Mereka hanya mengatakan bahwa saya telah meracuni banyak orang melalui sungai yang membentang dari selatan hingga ke laut di kota ini.
ALGOJO:
Itu benar kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar