Kamis, 03 Juni 2021

Puisi-puisi Remaja Beranjak Dewasa

 

Foto Latihan Musikalisasi Puisi

Jika pandai segala ilmu
oleh Luh Arik Sariadi
Laki-laki, memukul dan mencangkul
Perempuan, merangkul dan menghibur
Begitu dibagi secara wajar
laki-laki bekerja dengan fisik
perempuan dengan rasa kasih
selama ini begitu

entah karena perjuangan perempuan
entah berkat kepasrahan laki-laki
semua bisa saja, adil dan tidak wajar
laki-laki pakai lipstik, duduk di rumah
perempuan pakai helm mengaspal jalan
sekarang seperti itu

Besok,
siapapun bisa ngamuk
pejabat jualan lobster
dibayar uang sekoper
di manapun bisa duduk
narapidana duduk di DPR
dibuat peraturan yang dioder

tidak laki, tidak perempuan
tidak dipercaya
laki, perempuan
diyakini
jika pandai segala ilmu



Ketika itu aku diadu
Oleh Luh Arik Sariadi

Ketika itu aku diadu
pada masa lampau dan ketidakpastian
Tempat-tempat disunyikan keramaian
Linglung aku menatap wajah wajah itu
Teramat banyak yang bermimik
Suara pun menjadi tak terdengar
Aku tuli seketika
Buta mendadak
Bahkan jiwaku pun tak bernyawa

masa lalu adalah bahagia
masa lalu telah lalu
hilang dari lalu lalang

masa datang ketidakpastian
masa datang akan bimbang
bertemu aku yang hilang

aku bukan aku lagi
dia bukan dia lagi
mereka telah bubar
menjadi hanya kabar
tanpa kesetiaan

Aku hanya laki-laki
penuh kebimbangan kala itu
sulit bagiku merasa bahagia
dalam pikul garis keturunan
bahwa aku harus berada di rumah
sementara ibu dan ayahku
dijilati lumpur di bawah kolong
untuk memungut botol bekas


Aku Orangnya Biasa Saja
Oleh Luh Arik Sariadi

Aku orangnya biasa saja
Berbicara kepadamu, gadis.
Berkata tentang lentur jarimu
Gambaran semesta yang mendesir angin

Aku orangnya biasa-biasa
Bertatap pun kepadamu, manis.
Berlabuh mataku di keningmu
Lukisan semesta yang mengukir bumi

Aku hanya seperti biasanya
Duduk ketika kamu menangis.
Jatuh rambutmu di dadaku
mengisahkan kekasihmu yang pergi

Aku selalu terbiasa ada
Hingga air matamu habis
Terjatuh di dermagaku
sebagai sebuah jembatan kasih


Berumpama Kisah Rama dan Sita

Oleh Luh Arik Sariadi

 

Kududuk mematang bersama daun-daun

Sejanak berumpama kisah Rama dan Sita

Menerima pergi ke kota bukan mengasing

oh, Kekasihku atau menjauh dari istana raja

Dia pergi dari rumah

untuk belajar singgah sejenak di rumah kos

 

Tidak seperti Sita, bimbang mendengar

jerit Rama bagai riuh angin

 

Aku polos

Hanya di dalam rumah

membuka-buka buku sepanjang hari

Sepulang sekolah, kubaca buku lagi

Rama entah berburu rusa atau sapi

Di kota, oh, Kekasihku, baik-baiklah

Ku duduk menghitung berapa daun

melingkari rumahku,

sampai kau datang

bawalah hadiah yang kuminta

Kesetiaan dan kesediaan

 

 

 

 

Jika Tiba Waktunya, Kau Dipinang Raja

Oleh Luh Arik Sariadi

 

Lelah memetik bunga gemitir

Setiap sore kuulangi,

Setiap kali itu, aku bermimpi

Menjadi saudagar bunga

Maka datanglah raja

meminangku jadi permaisuri

 

Terjatuh bungaku sewakul

Apakah tak mungkin aku

diusung para prajurit

Dihadang semak blukar

tak terasa?

 

Aku hanya seorang gadis

tumbuh besar di kebun bunga

Ayah dan ibuku punya uang

Bahkan setiap hari ke kota

 

Aku lah seorang gadis

cukup bersekolah di desa

Negeri ini sudah makmur

adil dan merata,

sekolah bagus  ada juga di kebun bunga

“Jika tiba waktunya, kau dipinang raja”

kata ibu selalu mengusik igauanku.



Ketika Naik Ojek

Oleh Luh Arik Sariadi

 

Ketika naik ojek,

aku dengar panggilanmu

“Buat apa kau naik gojek?”

kau bertanya.

 

Ketika naik ojek,

aku melihat-lihat

Begitu sepi jalan dan kota

“Buat apa kau ke kota?”

kau mengejar.

 

Ketika naik ojek,

aku cium bau makanan

sudah basi dan sia-sia

di selokan. Toko-toko

tak mampu bayar sewa

 

Setahun ini, kau selalu bertanya.

Aku hanya ingin naik ojek

lewat gawai baru

ketika kelas online dimulai.

Janganlah cemburu, Kasih.

 


Putih dan Abu Duduk Bersama

Oleh Luh Arik Sariadi


Kita sedang bersuara

tumbuhkanlah cabang-cabang cerita

patahkanlah daun-daun duka

Biarkah tersapu angin


Lihat, embun telah resap

ke tanah yang ditimbun kisah

Dengar hati untuk kita semai

di akar-akar masa depan

Apakah pohon yang meliuk ini?

Cerita yang kita rangkai 

di dalam kelas

seperti lingkar pohon besar

dirambat semak blukar

Kita dimana berbicara?

di akar, di ranting, di daun kah?


Kita dengan baju yang sama

Putih dan abu duduk bersama

jadilah pucuk-pucuk.

Biarkan menjangkau matahari


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Bebondres

Bondres merupakan salah satu kesenian tradisional Bali. Pada mulanya, Bondres merupakan selingan dalam kesenian topeng di Bali. Namun, belak...