Minggu, 19 Desember 2021

Pelatihan Merdeka Mengajar



Pelatihan Penggunaan Flatform "Merdeka Mengajar" untuk Guru Pengajar Kelas X pada Tanggal 20-22 Desember 2021 di Ruang Pertemuan SMK Negeri 3 Singaraja

Jumat, 10 Desember 2021

Mempresentasikan Teks Negosiasi

 Wah, kalian telah berhasil menulis teks negosiasi. Kini, saatnya kalian mempresentasikan hasil karyamu kepada teman-teman lainnya. Untuk metode presentasi yang dipilih, kalian dapat menggunakan metode bermain peran (role playing). Sebelumnya, kalian perlu menyiapkan naskah atau teks negosiasi yang telah ditulis. Adapun langkah-langkah bermain peran adalah sebagai berikut.

1.    Mendeskripsikan skenario peristiwa

Pada tahap pertama, kalian perlu memberi penjelasan terhadap tahapan peristiwa yang  terdapat pada  teks negosiasi. Urutan kejadian pada naskah teks negosiasi perlu direncanakan dengan baik.

2.    Mempelajari karakter peran

Karakter peran dalam teks negosiasi tidak serumit pementasan drama. Dalam hal ini, kalian hanya perlu tampil sebaik mungkin dan berperan sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam teks negosiasi tersebut.

3.    Menentukan pemeran

Pilih pemeran sesuai dengan jumlah pihak yang terlibat dalam naskah teks negosiasi. Beberapa teman kalian dapat terlibat sebagai pemeran pembantu.

4.    Menata panggung/latar dan peralatan pendukung

Penataan panggung atau latar untuk bermain peran disesuaikan dengan naskah teks negosiasi, misalnya latar di kelas maka perlu disiapkan meja dan kursi sebagai peralatan pendukung atau  alat peraga.

5.    Berlatih

Latihan diperlukan untuk meminimalisasikan kesalahan dalam pe- laksanaan bermain peran. Latihan dapat dilakukan beberapa kali dengan teman kelompok untuk membiasakan menghafal naskah, menghilangkan demam panggung, dan melancarkan pengucapan.

6.    Melakukan pemeranan

Dalam tahap ini, kalian diharuskan tampil sesuai dengan naskah teks negosiasi yang kalian susun. Upayakan tampil dengan maksimal dan sebaik mungkin.

7.    Diskusi dan evaluasi

Kegiatan diskusi berupaya untuk memberi penilaian terhadap kualitas pemeranan dan memberikan saran masukan untuk perbaikan lebih lanjut pada penampilan selanjutnya.


Mengalihwacanakan Dialog Menjadi Narasi - Teks Negosiasi

  Membeli Tas

Gambar: http://tanahabanggrosirbaju.blogspot.com/2014/05/tas-tanah-abang.html 


Kompleks pertokoan.

Faisal       : Pak, saya sedang mencari tas sekolah yang harganya terjangkau. Kira-kira yang mana ya, Pak?

Penjual     : Oh iya, Dek, harga tas di sini bermacam-macam, mulai dari harga Rp100.000 sampai Rp500.000.

Faisal       : Oh begitu ya. Apa boleh melihat model dan warna tasnya, Pak?

Penjual     : Boleh, Dek, di sebelah sini. Ikut Bapak saja.

Faisal mengikuti penjual melihat-lihat tas.

Faisal        : Kalau boleh tahu, harga tas yang ini berapa ya, Pak? (Menunjuk ke sebuah tas)

Penjual      :Kalau yang ini, harganya Rp250.000, Dek.

Faisal  merasa harga tersebut mahal, tetapi ia  terlanjur suka dengan tasnya. Ia pun mencoba menawar.

Faisal        : Kok, mahal banget ya, Pak? Apa tidak bisa ditawar?

Penjual      : Iya Dek karena tas ini keluaran terbaru, kualitasnya juga bagus. Memangnya mau ditawar berapa, Dek?

Faisal        : Kalau Rp180.000 aja, Pak. Gimana?

Penjual      : Aduh Dek, kalau  harga segitu belum bisa.

Faisal        : Saya tambah deh, Pak. Rp10.000, jadi Rp190.000 bagaimana, Pak?

Penjual      : Maaf  Dek,  belum boleh turunnya  terlalu banyak. Begini  saja, Bapak  turunkan menjadi  Rp235.000 bagaimana?  Itu  sudah harga yang paling murah.

Faisal        : Turunin dikit dong  Pak, Rp220.000 aja.

Penjual      : Iya, deh kalau  begitu, boleh diambil dengan harga segitu. 

Setelah sepakat  dengan  harga  tasnya,  mereka  berdua  pun beranjak  menuju  tempat   kasir  untuk  pembayaran  harga  tas. 

(Sumber:  https://www.ilmusiana.com/2020/01/contoh-teks-negosiasi-narasi.html dengan pengubahan)


Hasil pengalihacanaan teks di atas.

Membeli Tas

Pada Sabtu sore, seorang remaja bernama Faisal berjalan-jalan di kawasan pertokoan hendak membeli tas  sekolah karena tas  yang ia pakai selama ini telah rusak. Ia pun mendatangi salah satu toko penjual tas di kawasan pertokoan tersebut.

Sesampainya di toko, Faisal pun bertanya-tanya kepada si penjual tentang kisaran harga dan kualitas tas yang dijual di toko tersebut.

“Pak, saya sedang mencari tas sekolah yang harganya terjangkau. Kira-kira yang mana ya, Pak?”

“Oh iya, Dek, harga tas di sini bermacam-macam, mulai dari harga

Rp100.000 sampai Rp500.000.”

“Oh begitu ya. Apa boleh melihat model dan warna tasnya, Pak?” “Boleh, Dek, di sebelah sini. Ikut Bapak saja.”

Faisal   pun   mengikuti si  penjual berkeliling melihat-lihat  tas. Di salah satu rak,  Faisal  melihat tas  yang  membuatnya tertarik.  Ia suka model dan warnanya. Ia pun menghampiri rak tersebut dan menanyakan harga tasnya ke penjual.

“Kalau boleh tahu, harga tas yang ini berapa ya, Pak?” “Kalau yang ini, harganya Rp250.000, Dek.”

Faisal  merasa harga tersebut mahal, tetapi ia  terlanjur suka dengan tasnya. Ia pun mencoba menawar.

“Kok, mahal banget ya, Pak? Apa tidak bisa ditawar?”

“Iya Dek karena tas ini keluaran terbaru, kualitasnya juga bagus. Memangnya mau ditawar berapa, Dek?”

“Kalau Rp180.000 aja, Pak. Gimana?”

“Aduh Dek, kalau  harga segitu belum bisa.”

“Saya tambah deh, Pak. Rp10.000, jadi Rp190.000 bagaimana, Pak?” “Maaf  Dek,  belum boleh turunnya  terlalu banyak. Begini  saja,

Bapak  turunkan menjadi  Rp235.000 bagaimana?  Itu  sudah harga

yang paling murah.”

“Turunin dikit dong  Pak, Rp220.000 aja.”

“Iya, deh kalau  begitu, boleh diambil dengan harga segitu.” Setelah sepakat  dengan  harga  tasnya,  mereka  berdua  pun

beranjak  menuju  tempat   kasir  untuk  pembayaran  harga  tas.

Akhirnya, Faisal mendapatkan tas sekolah yang ia inginkan.

(Sumber:  https://www.ilmusiana.com/2020/01/contoh-teks-negosiasi-narasi.html dengan pengubahan)


Minggu, 28 November 2021

Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21

 

 Teks Pidato


Oleh Panji Narada

X BKP 1/2021.2022



Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato dalam kegiatan perayaan Bulan Bahasa tahun 2021.

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

salam sejahtera untuk kita semua

namo budaya,

om swastiastu

Yang terhormat, kepala SMK Negeri 3 Singaraja, yang saya hormati Bapak/Ibu guru, yang saya hormati para pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 3 Singaraja yang selalu bersemangat pada masa pandemi.

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena atas anugrah kesehatan yang diberikan, kita bisa berkumpul untuk menjawab tantangan Abad ke-21

 

Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21

abad  ke-21 yang kini tengah kita alami, sebagaimana telah dikaji para ahli bahwa abad 21 telah menimbulkan tantangan yang berdampak pada terjadinya krisis di bidang karakter. Daniel Bell sebagaimana dikutip Mochtar Buchori menyebutkan adanya enam tantangan di abad ke-21; yaitu integration of economy, fragmentation of politic, interdependence, high technologi, dan new colonization in culture.

Keenam tantangan yang ditimbulkan abad ke-21 ini baik langsung atau tidak langsung berdampak pada terjadinya krisis di bidang karakter.

Bagaimana kita mengatasi krisis karakter ini?

Hadirin, untuk mengatasi hal tersebut, dengarkanlah pidato saya yang berjudul Profil Pancasila untuk Menjawab Tantangan Abad ke-21.

Hadirin, yang berbahagia,

Pendidikan karakter secara harfiah dapat diartikan merubah atau membentuk watak, perilaku, perangai, tabi’at, dan kepribadian seseorang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.Sedangkan secara esensial pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban  manusia yang lebih baik. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Profil pelajar Pancasila menawarkan pendidikan karakter yang telah teruji sepanjang sejarah bangsa Indonesia.

 

Profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Gambaran profil pelajar Pancasila digambarkan sebaggai berikut.

Pertama, Pelajar Indonesia  yang berakhlak mulia adalah pelajar yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak bernegara. Sebagai contoh, kita melakukan persembahyangan sesuai agama kita.

Kedua, Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Mari menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Ketiga, Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.Sebagai contoh, gunakan masker selama pandemi. Jika punya lebih, mari berbagi masker untuk yang tidak punya.

Keempat, Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Artinya, sebagai pelajar kita memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri. Pembelajaran daring selama pandemi, sebaiknya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Kelima, Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

Keenam, Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Apakah selama belajar di rumah kita tetap kreatif? Jika belum, mari kita lakukan, manfaatkan media digital untuk mendapat manfaat selama pandemi.

Hadirin, Itulah 6 ciri pelajar yang memiliki profil Pancasila. Mari kita tunjukkan secara nyata melalui proyek-proyek digital yang disuguhkan oleh pandemi Covid-19! 

 

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih, mohon maafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan di dalam hati.

 

AS..

Om. santhi-santhi-santhi om

 

Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21

 

Kadek Ira Noviani

X DPIB 1/2021.2022

 

 “Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21”

 

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato dalam kegiatan perayaan Bulan Bahasa tahun 2021.

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

salam sejahtera untuk kita semua

namo budaya,

om swastiastu

Yang terhormat, kepala SMK Negeri 3 Singaraja, yang saya hormati Bapak/Ibu guru, yang saya hormati para pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 3 Singaraja yang senantiasa berbuat kebaikan pada masa pandemi.

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena atas anugrah kesehatan yang diberikan, kita bisa berkumpul untuk selalu memiliki profil pelajar Pancasila.

 

Hadirin yang berbahagia, tantangan kita pada masa pandemi semakin besar sebagai pelajar Pancasila, karena itulah saya berdiri berpidato dengan judul “Memperkuat Karakter Sebagai Pelajar Pancasila pada era Abad 21”

 

Mengapa saya mengangkat topik tersebut?

Hadirin, saya melihat selama pandemi Covid 19 kita selalu berkutat pada pembelajaran digital baik melalui bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. Berbagai permasalahan muncul ketika kita belajar tanpa bimbingan guru. Salah satu contoh permasalahan yang muncul adalah kita dihadapkan pada isu-isu sejarah, politik, dan kekerasan di media sosial. Sebagai remaja, tentunya kita belum paham dengan baik realita tersebut. Akhibatnya, banyak yang terseret pada jurang kehancuran, frustasi, dan malas belajar lagi.

 

Hadirin, Apakah kita harus terus terperosot di dalam jurang itu?

Tentu tidak. kita punya senjata untuk bergegas kembali ke jalan yang benar. Senjata apa itu?

Profil Pelajar Pancasila

 

Profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Pertama,

Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pelajar Pancasila memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.

 

 

Kedua,

Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Perilaku pelajar Pancasila ini menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Elemen kunci berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

Ketiga,

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

Elemen kunci gotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

Keempat,

Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.

Elemen kunci mandiri adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.

Kelima,

Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

Elemen kunci bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.

Keenam,

Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Elemen kunci kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan yang orisinal.

 

Hadirin, senjata inilah yang menjadi kunci untuk meraih sukses pada era digital. Marilah berkarya dengan dilandasi profil pelajar Pancasila. 

 

Hadirin,

jalan aspal di singaraja

Riang gembira kita melaju

Jangan hanya hafal Pancasila

tapi laksanakan untuk maju

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih, mohon maafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan di dalam hati.

 

AS..

Om. santhi-santhi-santhi om

PERDA SAMPAH PLASTIK

 

Oleh: Mawar Bay Duri

Sampah plastik adalah sampah anorganik yang sulit terurai di tanah. Sampah plastik menjadi salah satu permasalahan yang sulit di atasi terutama di provinsi Bali. Saat ini, provinsi Bali masih sulit untuk mengatasi masalah sampah plastik terutama di kota-kota yang ada di Bali seperti kota Denpasar, kota Singaraja dan kota-kota lainnya. Bali juga beberapa kali menjadi sorotan nasional dan internasional karena permasalahan sampah plastik.

Pada bulan Maret 2018 seorang penyelam asal Inggris membuat video yang memperlihatkan banyaknya sampah plastik di perairan Nusa Penida, Bali. Di bulan Desember 2018, sebuah foto hasil dari warga Negara asing Inggris lainnya pernah viral di media sosial karena memperlihatkan pantai Bali yang penuh dengan sampah. Lalu pada bulan Juli 2018 warga Bali sempat dikejutkan dengan penyu hijau yang mati di pantai Penarukan Singaraja. Ternyata setelah diselidiki, penyu itu mati karena tersedak. Makanan yang dimakannya tidak bisa lewat kerongkongan akibat ada plastik yang tersangkut di kerongkongannya. Tentunya hal ini merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan dan tentu masyarakat Bali harus peduli terhadap bahaya sampah plastik.

Tak hanya itu, pada bulan Januari 2019 beribu-ribu ton sampah plastik, terdampar di sepanjang 12 kilometer garis pantai yang membentang dari selatan hingga utara Bali. Beberapa pantai yang menerima sampah plastik diantaranya pantai Kuta, pantai Kedonganan, pantai Legian, pantai Seminyak, dan pantai Canggu. Parahnya lagi, sampai membuat tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung, Denpasar, kewalahan menerima sampah plastik tersebut. Akibatnya, antrian panjang truk sampah mengekor disepanjang jalan menuju TPA.

Kemudian, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sampah plastik di Bali semakin bertambah. Bahkan saat ini sering terlihat bahwa masyarakat Bali masih menggunakan kantong plastik saat berbelanja dipasar, minimarket ataupun di tempat lainnya. Selain itu, masih saja ada masyarakat Bali membuang sampah sembarangan, baik itu di sungai ataupun di pinggir jalan. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus, maka hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat buruk.

 Dampak negatif dari sampah plastik. Pertama, ketika hujan turun sampah yang berserakan akan menutupi saluran air, sehingga akan mengakibatkan banjir. Kedua, sampah plastik dapat merusak ekosistem sungai karena airnya yang kotor sehingga akan menyebabkan ikan-ikan di sungai mati. Ketiga sampah plastik akan merusak pemandangan lingkungan seperti taman. Keempat akan menurunkan kesuburan tanah karena plastik akan menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah, dan masih banyak lagi dampak negatif dari sampah plastik.

Pemerintah pusat maupun daerah tentunya menyadari kewajibannya dalam usaha pelestarian lingkungan dan perlunya aksi nyata dalam memerangi sampah, terutama sampah plastik. Pemerintah pusat telah menargetkan pengurangan 70 persen sampah plastik di laut pada tahun 2025. Kemudian, sebagai bagian dari komitmen dengan dunia internasional, pemerintah pusat dengan dukungan pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk target untuk mengurangi dampak buruk dari sampah plastik bagi lingkungan perkotaan. Termasuk memberi perhatian khusus pada kualitas udara di Bali.

Komitmen pemerintah daerah provinsi Bali dalam penanggulangan masalah sampah khususnya sampah plastik, baru-baru ini dipertegas dengan pemberlakuan peraturan wali kota Denpasar nomor 36 tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik dengan pelarangan penggunaan kantong plastik di toko-toko dan pusat berbelanjaan, mulai tanggal 1 januari 2019. Lalu selain kota Denpasar, ada beberapa kota lainnya di Indonesia yang sudah lebih dulu menetapkan larangan penggunaan kantong plastik yaitu Banjarmasin, Balikpapan, dan Bogor. Di tanggal yang sama dengan kota Denpasar, 1 Januari 2019 korea selatan juga mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik dipusat pusat perbelanjaan. Pelarangan penggunaan sampah plastik juga sudah dilakukan di beberapa Negara lainnya seperti Kenya, Zimbabwe, United Kingdom, Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Prancis.

Ternyata pelarangan penggunaan kantong plastik berjalan dengan efektif dan memberikan dampak yang sangat baik. Kota Banjarmasin yang pertama kali menerapkan pelarangan penggunaan sampah plastik, melaporkan bahwa mereka telah barhasil mengurangi 54 juta lembar kantong plastik dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Selain itu, Situs Reuse This Bag melaporkan di Amerika Serikat, kota San Jose di California terjadi penurunan sampah plastik sebesar 59 persen. Jika dilihat efektifnya dan dampak baik dari pelarangan penggunaan kantong plastik di beberapa kota dan Negara lain diatas, harapan pelarangan penggunaan kantong plastik di Bali cukup besar peluangnya untuk mengurangi sampah plastik. 

Gubernur Bali I Wayan Koster menilai bahwa dengan adanya peraturan Gubernur Bali nomor 97 tahun 2018 tentang pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai merupakan strategi utama yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan Bali bebas dari sampah plastik. Hal lain juga yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan cara memperluas cakupan wilayah peraturan, dan dengan memperluas jenis cakupan penggunaan plastik yang dilarang. Pengurangan sampah plastik juga bisa dilakukan dengan mempertegas peraturan penggunaan plastik. Contohnya, memberikan hukuman penjara 5 tahun atau denda sebesar Rp 500 juta bagi yang tidak melaksanakan peraturan tersebut.

Langkah lain untuk mengurangi sampah plastik yaitu, menetapkan konsep Tri Hita Karana sebagai pondasi dan potensi untuk membangun komitmen bersama dalam pengurangan penggunaan plastik. Baik itu dengan cara melakukan reduce, reuse, dan recyle. reduce yang berarti menggunakan barang yang tahan lama. Contohnya, menggunakan tas kain atau keranjang saat berbelanja, tentunya hal ini akan mengurangi penggunaan sampah plastik. Reuse yang berarti menggunakan kembali barang-barang bekas. Contohnya menggunakan lap dari kain bukan dari tissu sehingga hal ini akan mengurangi banyaknya sampah. Recyle yang berarti mendaur ulang sampah. Contohnya membuat jalanan dari plastik, ide unik ini sudah dilaksanakan di Negara Belanda. Proyek ini disebut dengan plastic road yang digunakan sebagai jalanan sepeda dan bahannya berasal dari gelas plastik dan tutup botol plastik. Perusahaan di sana mengatakan bahwa plastik daur ulang lebih tahan lama daripada aspal biasa, lebih cepat dipasang dan tidak membutuhkan peralatan berat. Contoh sederhana lainnya yaitu kita dapat mendaur ulang sampah plastik menjadi sebuah kerajinan contohnya bunga dari plastik, pot bunga dari plastik dan lain sebagainya.

Masih ada lagi beberapa cara lainnya untuk mengurangi sampah plastik. pertama, melakukan pemisahan sampah antara sampah organik dan sampah anorganik. Dari pemisahan sampah tersebut kita dapat mengurangi masalah penumpukan sampah. Kedua, menerapkan budaya hidup bersih seperti Negara Jepang. Contohnya dengan melakukan pembersihan setiap pagi, baik itu di lingkungan sekolah, lingkungan rumah ataupun di lingkungan lainnya. Ketiga, memperketat penjagaan kebersihan lingkungan, misalnya dengan memasang cctv di setiap lingkungan, hal ini memungkinkan warga tidak akan berani untuk membuang sampah sembarangan. Keempat, dengan cara menganggap bahwa kebersihan merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Kelima, kerja sama semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, tokoh adat atau masyarakat, dan perlu ditingkatkan untuk mencapai Bali yang bersih dan bebas sampah plastik. Pemerintah memegang peranan penting dalam memberikan edukasi dan sosialisasi pelestarian lingkungan hidup, termasuk pengelolaan sampah dan bahaya atau dampak yang ditimbulkan oleh sampah plastik.

Keenam, pembangunan karakter masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersihan, sadar untuk membuang sampah pada tempatnya dan penggunaan plastik. Ketujuh, tidak memakai kemasan dari plastik. Contohnya, menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan. Kedelapan, mencuci sampah yang akan dibuang, hal ini bertujuan supaya sampah yang akan di buang itu tetap bersih lalu seteleah dicuci pisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Kesembilan, membuang sampah dengan rapi, hal ini bertujuan supaya sampah plastik ataupun jenis sampah lainnya tidak berserakan. Kesepuluh, membuat jadwal untuk membuang sampah, hal ini bertujuan agar tiap-tiap daerah yang berbeda tidak bertabrakan waktu membuang sampahnya.  Contohnya, di hari senin pengangkutan sampah akan dilakukan di daerah A dan B, di hari selasa pengangkutan sampah akan dilakukan di daerah C dan B, dan seterusnya.

Jadi intinya adalah kita semua perlu tindakan yang nyata agar cara untuk mengurangi sampah plastik dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut perlu dengan adanya kepedulian baik itu dari pemerintah ataupun masyarakat Bali terhadap lingkungan di sekitarnya. Setiap pemerintah atau masyarkat Bali yang peduli dengan lingkungan tidak muncul begitu saja, tetapi dapat muncul dari pendidikan baik itu di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun dilingkungan masyarakat.

Esai_Mencintai Brand Bali

 Mencintai Brand Bali

Oleh Ni Made Febry Sukareni


Seluruh umat manusia sedang berada dalam era globalisasi saat ini. Setiap individu di berbagai belahan dunia mampu dengan mudah dapat berkomunikasi dan melihat barang-barang yang sekarang sedang trend dan barang-barang yang terbaru melaui media social contohnya Facabook, Instagram, dan media soaial lainya. Pada saat ini fenomena-fenomena  meledaknya produk luar dalam pasaran provinsi Bali. 

Saat ini begitu banyak produk luar yang bertebaran di toko-toko,di pasar,di mall,hingga di media social. Setiap benda yang kita gunakan itu semua dari luar Bali. Berbagai macam produk mulai dari produk pakaian, kecantikan, makanan, minuman hingga alat-alat yang kita gunakan dan accesoris lainnya yang sudah membajiri pasaran yang ada di Bali saat ini. Saat ini produk luar sudah banyak dijual di  berbagai toko atau pasar-pasar yang ada di Bali. Seakan-akan masyarakat Bali atau warga Bali sangat  kecanduan dengan produk luar. Padahal, tidak begitu jauh perbandingan kualitas dengan kita tetapi masyarakat kecanduan dengan produk luar. Kualitas  barang-barang yang dihasilkan oleh tangan-tangan para pengusaha dan para seniman atau para pengerajin dari Bali sendiri pun tidak begitu jauh berbeda dengan barang-barang produk luar tersebut dan bahkan beberapa barang-barang diantaranya memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari barang produk luar tersebut. Namun, apakah kita pernah berpikir apa dampak dari boomingnya barang-barang luar tersebut buat para pedagang kita yang ada di Bali apalagi sekarang krisis ekonomi di Bali dengan pariwisata yang jauh berbeda dengan saat dulu. Mengapa masyarakat juga belum tertarik dengan produk lokal?

Barang-barang dari Bali tidak jauh berbeda dengan kualitas produk lain tetapi yang disayangkan dari masyarakat kita adalah mudahnya mereka termakan berbagai iklan-iklan yang ditayangkan di televisi maupun di social media yang bersponsor. Iklan-iklan yang disajikan dengan berbagai kemasan dan didesain agar menarik para pembeli dan pembeli mau membeli produk tersebut. 

Walaupun berlangganan dengan produk ini terus  melihat produk yang terbaru dan melihat iklan-iklan yang sangat mengiurkan dari fungsi, cara kerja,  atau bahkan bentuknya sehingga para pelanggan pun seperti disihir dengan iklan-iklan untuk membeli barang produk baru tersebut. Contoh yang paling mudah dan ringan adalah  seseorang yang kaya raya dari Bali disuruh memilih tas antara tas khas kerajinan tangan Bali dengan tas yang bermerek. Orang tersebut pasti akan memilih tas bermerk tersebut, walaupun harganya bisa ratusan atau bahkan ribuan kali lipat dari tas kerajinan khas Bali. Alasannya pasti akan bermacam-macam dari beberapa orang ke orang. Tas brended lebih high-tech, lebih modern, lebih keren lah, lebih baik beli produk lokal tidak hanya tas saja, tapi semua keperluan hidup dari produk luar. 

Saya pernah melihat barang yang dibuat oleh tangan pengerajin Bali. Ia adalah seorang wirausaha yang mempunyai keahlian membuat tas rotan yang warnanya bermacam-macam dan bervariasi modelnya. Seorang wirausaha ini berkerja sama dengan produk luar untuk menjual hasil karya yang dibuat. Akhirnya produknya beredar di provinsinya sendiri yaitu provinsi Bali dengan merk asing, dan harganya menjadi lebih mahal daripada membeli tas di Bali yang harganya cukup murah. Alasannya seorang pengerajin itu melakukan hal tersebut, tentu, jika tidak demikian maka produknya akan sangat sulit laku di Bali dan susah untuk mencari modal kembali karena merk belum terkenal. Keuntungan yang dihasilkan akan lebih sedikit karena dijual murah. Sekarang tas rotan tersebut sudah berdedar dimana pun di setiap mall dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Nahh itu kan tas rotan  ini dibuat dari Bali. Biasanya dijumapi banyak di Pasar Ubud. Sekarang sudah banyak merambat ke mall-mall seperti H&M, P&B, ZARA dan mall-mall lainya. Tidak hanya tas rotan saja yang dari Bali tapi banyak juga pengerajin dan wirausaha Bali yang menciptakan beberapa produk lokal seperti baju kaos oblong, sandal, sepatu, dan berbagai accesoris dari atas sampai ke bawah. Semua itu dibuat dengan tangan-tangan pengerajin Bali dari mengolah barang yang lama menjadi barang yang baru. Nah kalian pasti tahu seorang wirausaha dari Bali yang menciptakan kaos baju oblong dan sekarang usahanya sudah sangat beredar dimana pun dan usahanya sudah bercabang di wilayah Bali yaitu Bapak Gusti Ngurah Anom yang mempunyai usaha bermerk dari Bali yaitu “ Oleh-Oleh krisna Bali ” saat ini oleh-oleh krisna menjual produk - produk lokal yang sangat  menarik masyarakat karena kemasan produknya dan desain bangunanya yang sangat unik. Setiap orang yang memiliki kemampuan untuk membuat barang-barang yang unik dan belum pernah orang membuatnya maka bisa berkerjsama dengan pengusaha yang bermerk agar hasil karya banyak diminati para pembeli. Sebenarnya masih banyak sekali hasil karya atau produk-produk dari Bali yaitu tas, sepatu, sandal, jas dan produk pertanian, dan produk perikanan. Wow amazing. Seorang pengusaha dan perancang sepatu handmade kulit asal Bali. Pengusaha ini ternyata lahir di wilayah Bali yaitu Bangli. Pengusaha ini bernama Ni Luh Putu Ary Pertami Djelatik atau yang di kenal dengan nama Ni Luh Djelantik. Nama Ni Luh  Djelantik kini tengah ramai di perbincangkan para pengguna media social. Ni Luh  Djelatik merupakan salah satu pegiat idustri kreatif asal bali. Ni Luh  Djelantik sudah memulai usahanya sejak 2003 silam dan memulai mematenkan merk Ni Luh  Djelantik sebagai Brand sepatunya. sepatu buatan Ni Luh  djelantik sudash melanglang buana di berbagai Negara Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Untuk mempertahankan originalitasnya, seoatu-sepatu Ni Luh  Djelantik dibuang dengan tangan sendiri tanpa bantuan mesin. Ni Luh  Djelantik kerap bekerja sama dengan beberapa nama desainer top dunia untuk memasok alas kaki dengan nama sang desainer. Beberapa desainer yang pernah bekerja sama denganya antara lain Charlie Joe, Nicholas Vinetti dan Tristan Blair. Ni Luh  djelantik menjadi seseorang desainer sepatu tidaklah mudah. Dia memiliki perusahan bermuali dari nol hingga sekarang perusaannya sepatunya yang dengan brand Ni Luh  Djelantik dikenal di berbagai dunia. Sepatu-sepatu karya Ni Luh  Djelantik yang mendunnia ternyata sukses membuat para seleb kepicut. Sejumlah pemain Hollywood papan atas merupakan penggemar fanatik sepatu Ni Luh  Djelantik. Ternyata desain dan kualitasnya yang sangat bagus maka para pembeli terkesan dengan sepatu dan sandalnya. Jika dia tidak bekerja sama dengan orang desainer top maka desain sepatunya tidak akan terjual. Seharusnya masyarakat Bali bangga dengan hasil karya atau produk produk yang dilahirkan oleh tangan pengerajin Bali dan pengusaha Bali.

Mengkosumsi produk lokal memiliki banyak sekali manfaat, selain untuk membantu perkembangan produsen dari dalam,dan juga akan menciptakan lapangan pekerjaan secara tidak langsung dan mampu mengurangi pengangguran di negeri ini. Sudah saatnya kita mencintai budaya dan mencintai produk lokal. Jika bukan masyarakat Bali yang mencintai produk Bali, lantas siapa lagi yang mencintai produk Bali. Membeli dan menggunakan prosuk lokal berarti kita sudah mencintai produk lokal dan juga artinya memajukan perekonomian saat ini.

Maka dari itu apabila masyarakat Bali sudah bangga dengan produk lokal, bukan tidak mungkin lagi beberapa tahun kedepan akan banyak  bermunculan produk-produk baru karya dari anak dalam yang mampu bersaing di internasional. Modal dasarnya adalah dengan rasa percaya diri dan dukungan dari masyarakat bahwa bangga dengan produk lokal.contohnya dari negeri lain adalah Malaysia yang sangat bangga dengan petronas, negara Eropa bangga dengan hasil produksi yang dilahirkan oleh anak bangsanya dan masih banyak negara yang membanggakan produk lokalnya masing-masing. Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster mengeluarkan Surat Edaran Nomor 5774 Tahun 2019 mewajibkan pihak hotel, restoran, dan pasar modern di daerah Bali untuk mengutamakan pemanfaatan produk hasil industry lokal. Seperti yang warga tahu Bali adalah tempat pariwisata, di sini bisa  memanfaatkan kondisi saat ini. Jadi, bisa memasarkan produk lokal dalam kemasan yang unik atau didesain sedemikian rupa maka para tamu yang ingin berkunjung ke suatu tempat pariwisata akan tertarik untuk membeli oleh-oleh dari khas Bali tersebut. Marilah bersama-sama menggunakan produk lokal mulai dari sekarang, jangan hanya dibaca tapi dilaksanakan!


Busana Adat Bali Perlu Dilestarikan

 

NAMA         : DEWA AYU PUTRI NOVITAYANI
NO ABSEN : 01
KELAS        : XI DPIB 2


Busana Adat Bali Perlu Dilestarikan

     Pada perkembangan saat ini sangat mempengaruhi zaman.  Salah satunya yaitu terjadinya pergeseran etika dalam berbusana adat ke pura oleh generasi muda Hindu di Bali. Banyak dari mereka terutama kaum perempua  yang memakai model baju kebaya yang kurang sesuai. Wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan transparan dengan kain bawahan (kamen) bagian depan hanya beberapa cm dibawah lutut untuk melakukan persembahyangan dan penggunaan perhiasaan yang berlebihan. Sedangkan kaum pria masih banyak yang mengenakan udeng/destar yang tidak benar, tidak memiliki ikatan ujung udeng menghadap ke atas. Ada juga penggunaan kamben untuk para pria yang tidak menyentuh tanah (tidak ada kancut), dan pemakaian tinggi saput dan jarak kamben bagi kaum pria yang salah biasanya sejengkal dari mata kaki. 
Permasalahannya sekarang, di balik fenomena penampilan selebritis umat hindu tersebut, akan membawa implikasi berupa terjadinya pergeseran orientasi nilai yang semestinya menekankan pada substansi dan essensi, tetapi yang terjadi dan berkembang justru lebih mengutamakan tampilan materi (kemasan). Fenomena inilah yang oleh Sugiharto dalam Adlin (2007:2) di sebut sebagai situasi modern, dimana paradigma utamanya adalah tubuh/materi dan pikiran. Penguamaan tubuh dan materi menghasilkan budaya konsumerisme. Sedangkan pengutamaan pikiran melahirkan iptek. Dalam situasi macam itu ‘ruh’ tersisih. Yang di kedepannya adalah bagaimana saya ‘menjadi’ orang yang lebih berkualitas dan lebih bermakna.
      Synnott, mengemukakan bahwa, "tubuh kita dengan bagian-bagiannya dimuati oleh simbolisme kultural, publik dan privat,postif dan negatif, politik dan ekonomi, seksual, moral dan seringkali kontrivesial". Pakaian adalah salah satu ciri khas seseorang dalam berpenampilan. Masyarakat banyak yang enggan menggunakan busana adat bali karena mereka takut akan ketinggalan zaman dan mereka berfikir bahwa itu trend berpakaian ke pura itu di harapkan pakaian yang bisa menumbuhkan rasa nyaman baik yang memakai maupun yang melihat, menumbuhkan rasa kesucian, dan mengandung kesederhanaan, warnanyapun akan lebih baik yang berwarna tidak ngejreng, jadi karena pakaian bisa menumbuhkan kesucian pikiran.                                                                                                                     
       Bukan berarti agama Hindu menolak modernisasi atau menolak modifikasi dalam pemakaian pakaian adat ke Pura, namun kita sebagai penganutnya harus bisa menempatkan dimana seharusnya modernisasi dan modifikasi itu ditempatkan, kalau tidak begitu bila semua berpakaian modifikasi sampai pemangku bermodifikasi bagaimana jadinya suasana di Pura. Tentu itu akan mengakibatkan sebuah penyimpangan dalam berpakaian kepura.                                                                                  
      Sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu memahami dan juga melakasakan etika dalam  berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya karena mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu konsentrasi  tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk.
      Manusia sebenarnya sudah terlahir sebagai makhluk yang suci. Jadi sebenarnya secara logika, kita sembahyang telanjang bulat pun tidak masalah. Lalu mengapa harus berbusana? pakaian itu diciptakan dengan tujuan untuk menutupi badan, dan baju merupakan salah satu bagian dari alat upacara. Manusia menciptakan sarana upakara dengan tujuan kita bisa lebih memahami ajaran agama kita. Dasar konsep dari Busana adat Bali adalah konsep tapak dara (swastika). 
      Pada saat manusia tidak berbusana adat, tubuh manusia masih suci, belum dibagi-¬bagi menurut konsep Tri Angga berlaku. Konsep ini baru terbentuk ketika manusia sudah berbusana adat. Sebenarnya tidak ada lontar¬-lontar yang menunjukkan tentang busana adat Bali. 
        Berpenampilan tetap cantik/tampan, rapi dan bersih pada saat melakukan persembahyangan yang bertujuan agar perasaan nyaman muncul, sehingga persembahyangan pun bisa dilakukan dengan baik. Untuk bisa tampil cantik, tentu tidak harus menggunakan pakaian kebaya, dan aksesori serba mahal. Semua harus disesuaikan dengan keperluan saja, jangan sampai berlebih yang bisa menimbulkan kesan pamer, ingatlah tujuan kita kepura itu untuk “mecari kedamaian dan mendekatkan diri dengan tuhan bukan untuk mencari sensasi”. Mulai dari pakaian atau kebaya, pilih yang tepat untuk acara persembahyangan, dan rambut sewajarnya, demikian juga aksesoris. Dan jangan lupa agar filosofis dalam berpakaian tidak dilupakan. Karena itu adalah sebuah budaya yang patut untuk di pertahankan. 
Dengan berpakaian rapi, nyaman untuk digunakan dan tidak mengganggu penglihatan orang lain serta dengan tidak melupakan unsur-unsur filosofis berpakaian itu akan jauh lebih baik daripada memakai pakaian transparan dan memakai kamben cukup tinggi hingga memperlihatkan paha. Pada akhirnya kembali kepada pemakai busana tersebut apa kata hati nurani (atmanasthuti)nya. Pantaskan sebuah trend busana tersebut dipakai untuk melakukan yadnya atau persembahyangan, sedangkan untuk melakukan semua itu diperlukan pikiran yang suci umat. 
Diperlukan kesadaran semua umat untuk turut mensucikan pura antara lain dengan kesucian pikiran  diri sendiri dan orang lain. Pakaian untuk upacara adat merupakan seperangkat pakaian yang digunakan seorang didalam kegiatan-kegiatan yang terfokus pada adat. Di Bali pelaksanaan upacara adat selalu dikaitkan dengan desa, kala, patra (tempat,waktu, keadaan). Konsep “desa-kala-patra” inilah kemudian melahirkan keanekaragaman bentuk (variasi) didalam pelaksanaan upacara adat itu sendiri. Keanekaragaman ini terjadi pula di dalam penggunaan busana Bali demikian kaya dan bervariasi.
Pakaian adat yang digunakan untuk mengikuti rangkaian upacara-upacara diatas bentuknya bervariasi sesuai dengan kondisi keluarga yang bersangkutan ataupun sesuai dengan golongan tri wangsa pemakainya. Hal yang terakhir ini bisa saja kurang diikuti sepenuhnya sehubungan dengan perkembangan ekonomi masyarakat Bali yang semakin baik, yang pada gilirannya melahirkan kelas-kelas sosial yang mapan. Mereka memilki kemampuan ekonomi, status sosial yang memugkinkan mereka menggunakan busana yang pada zaman dahulu hanya digunakan kalangan bangsawan. Bahkan, tidak sedikit wisatawan yang secara khusus datang ke Bali untuk memenuhi keinginannya mengenakan busana pengantin Bali dalam tingkatan tertentu tanpa halangan adat dan sosial.
Busana untuk Upaca Keagamaan
Pakaian untuk upacara keagamaan digunakan seseorang pada waktu melakukan persembahyangan di Pura, hal ini mencakup Pura Keulan, seperti sanggah, merajan, panti, dadya, dan sebagianya maupun pura yang termasuk kahyangan tiga dan sad kahyangan. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya yang datang ke pura tertentu. Umumnya, pemakaian busana ke pura lebih menentukan warna yang melambangkan kesucian batin mereka, seperti warna putih dan kuning.
Konvensi yang secara tidak tertulis, yang mengatur pemakaian busana adat Bali tersebut tampaknya sangat ditaati masyarakat Hindu di Indonesia. Kecenderungan demikian tidak saja menarik untuk dilihat namun juga merefleksikan kegairahan masyarakat Hindu untuk mendalami kemudian memberi bobot pada sikap spiritualitas masing-masing. Dalam hal ini, tampak berlaku sikap integritas, dalam arti, sikap spiritualitas yang sedemikian itu seyogyanya disertakan dengan pemakaian dengan pemakaian busana yang juga mencerminkan bobot spiritualitas itu sendiri. Dalam berbusanapun, masyarakat Hindu di Indonesia masih sempat mempertimbangkan harmonisasi bentuk dan isi dan keteraturan serta keharmonisan berbusana dapat dianggap sebagai bentuk yang mewadahi isi.
     Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Sebagaimana bola bumi berotasi, zaman terus berputar menghadirkan perubahan. Dinamika perubahan tidak pernah berhenti bergerak, seiring kemajuan peradapan manusia dengan kebudayaannya yang selalu tumbuh berkembang. Apapun bentuk-bentuk penampilan luar seperti halnya berbusana fashionable dengan kelengkapan aksesoris tubuh lainya, apalagi dalam konteks melaksanakan upacara persembahyangan yang lebih mengutamakan etika keagamaan, maka paduan pokoknya adalah norma etis religis, bukan semata-maa tampilan estetis dengan kecenderungan berklibad pada trend mode seperti halnya fashion show yang lumrah di peragakan oleh kalangan selebritis.
Walaupun tidak ada penerapan sanksi untuk menggunakan busana adat Bali, namun diharapkan kesadaran dari masyarkat Bali terhadap tata cara berbusana adat yang baik dan benar.
       Untuk melestarikan busana adat bali kini telah diterbitkan;
PERATURAN GUBERNUR NOMOR 79 TAHUN 2018 TENTANG HARI PENGGUNAAN BUSANA ADAT BALI
Maksud Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu untuk mewujudkan :
 a. penggunaan Busana Adat Bali yang baik dan benar.
 b. kebanggaan berbusana adat Bali.
 c. peran serta masyarakat dalam upaya pelindungan, pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan Busana Adat Bali. 
Tujuan Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu untuk mewujudkan :
 a. menjaga dan memelihara kelestarian Busana Adat Bali dalam rangka meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti.
 b. menyelaraskan fungsi Busana Adat Bali dalam kehidupan masyarakat sejalan dengan arah pemajuan Kebudayaan Bali dan Indonesia.
c. mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam budaya Bali untuk digunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional.
 d. mendorong peningkatan pemanfaatan produk dan industri busana lokal Bali.
Unsur Busana Adat Bali :
(1) Unsur Busana Adat Bali untuk perempuan sekurang-kurangnya terdiri atas:
 a. kebaya
 b. kamen
c. selendang (senteng)
 d. tata rambut rapi
 (2) Unsur Busana Adat Bali untuk laki-laki sekurang-kurangnya terdiri atas: 
a. destar (udeng)
b. baju
c. kampuh
 d. selendang
 e. kamen
Waktu Penggunaan Busana Adat Bali : 
(1) Waktu pelaksanaan Hari Penggunaan Busana Adat Bali yaitu pada jam kerja setiap Hari Kamis, Purnama, Tilem, dan Hari Jadi Provinsi pada tanggal 14 Agustus.
Selain ditetapkannya peraturan gubernur tersebut kini telah ada cara untuk melesatarikan busana adat Bali yaitu; 
Mengadakan dan mengikuti lomba pakaian adat kepura
Mengadakan parade busana adat
Membuat busana adat bali seragam jika memiliki cukup uang
Memperkenalkan pakaian daerah melalui medium yang modern, misalnya boneka sepasan laki-laki dan perempuan yang menggunakan pakaian adat Bali tentu digemari anak-anak dan kolektor.
Mengadakan lomba merancang pakaian baju adat Bali dengan memberikan sentuhan modern juga termasuk tindakan pelestarian.
Jadi kita ini sebagai masyarakat Bali marilah lestarikan busana adat Bali agar tetap lestari dengan mendukung program PERGUB BALI  dengan menggunakan pakaian adat bali setiap hari kamis dan hari-hari suci tertentu bagi masyarakat Bali yang berumat hindu.
“MARI LESATRIKAN BUSANA ADAT BALI”


Selasa, 23 November 2021

Workshop SMK Pusat Keunggulan dan Sekolah Penggerak

Workshop Penyusunan Program Pembelajaran di Sekolah dan Dunia Kerja, serta Evaluasi dan Sharing Best Practice Pelaksanaan Pembelajaran SMK Pusat Keunggulan SMK Negeri 3 Singaraja dilaksanakan pada tanggal 24-25 November 202 di aula SMK Negeri 3 Singaraja.

Kegiatan dibuka oleh Drs. I Nyoman Suastika, M.Pd., Kepala SMK Negeri 3 Singaraja.

Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berdoa bersama, kegiatan hari pertama diisi oleh Dr. Zaki  Santoso, M.Pd. dengan materi Model Pembelajaran. Kegiatan pada hari pertama juga diisi dengan kegiatan simulasi dan evaluasi pembelajatan dari guru SMK Negeri 3 Singaraja, yakni Ni Putu Ika Kharismawati, S.Pd. dan Luh Dita Widiastuti, S.Pd.

Kegiatan workshop pada hari kedua diawali dengan pengantar dari I Gusti Ngurah Putra, S.Pd., M.Pd. Setelah pengantar disampaikan, Dr. Zaki Santoso, M.Pd. memberi materi Best Practice.

Dokumentasi Kegiatan 

Lampiran Materi

 Best Practice
A. Bagian Awal
1. Memuat lembaran persetujuan 
2. Berisi kata pengantar, daftar isi
3. Berisi abstrak atau ringkasan 
4. Berisi daftar tabel
5. Berisi daftar gambar
6. Berisi daftar lampiran (bila ada)

B. Bagian Pendahuluan
1. Latar belakang timbulnya masalah jelas 
2. Pendekatan penyelesaian masalah jelas 
3. Tujuan
4. Manfaat

C. Bagian Pemecahan Masalah
1. Memuat langkah-langkah pemecahan masalah 
2. Alat dan atau instrumen yang digunakan
3. Tempat dan waktu serta lembaga yang menunjang pelaksanaan 
4. Memuat uraian hasil pemecahan atau kegiatan

D. Bagian Kesimpulan
1. Kesimpulan memuat uraian singkat/ringkasan pengalaman terbaik 
2. Saran logis


Sabtu, 13 November 2021

Literasi rumah Baca

Saya memiliki banyak buku, tetapi karena perkembangan anak belum tepat untuk membaca buku, maka saya mengajaknya menceritakan kesan yang diperolehnya setelah melihat-lihat cover buku. Saya meminta anak saya menyampaikan dengan kalimat yang dia mampu. Ini menurut saya seiring dengan Gerakan literasi di rumah.
Gerakan literasi rumah baca, yaitu melakukan sosialisasi (himbauan dan ajakan) secara terbuka bagi masyarakat umum untuk mendirikan dan menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan Alternatif berbasis rumah baca. Gerakan bermaksud mengadvokasi publik atas peran penting keluarga dalam pendidikan generasi muda. Dengan menghadirkan buku kembali di rumah diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat untuk menyadari bahwa pendidikan yang sesungguhnya harus dimulai dari keluarga. Karena di dalam keluargalah nilai nilai dasar tentang kehidupan diajarkan pertama kalinya. nspirasi Sekolah Literasi, yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan secara periodic berupa kunjungan ke sekolah dengan tujuan memberi gambaran imajinasi tentang cita cita bagi para murid murid di sekolah. Kegiatan ini didesain sedemikian rupa lebih pro aktif, menjemput bola dan mendekatkan diri dengan komunitas pendidikan. Program dirancang dengan melibatkan sejumlah relawan (baik tetap maupun insidental) dari beragam jenis relawan dengan berbagai latar belakang profesi.

Selain kepada anak, saya membuka pintu untuk ponakan dan saudara-saudara terdekat untuk membaca buku-buku yang saya miliki. Untuk masyarakat banyak, tentu saya belum bisa karena rumah saya sempit dan kurang layak untuk aktivitas tersebut.

Senin, 01 November 2021

Ring Sibakan Matan Ai

negak polos tiang ring arep bale banjar
ngalih wifi pang kuala masuk
kene kewehe dadi murid tuara ngelah
i meme pegawe honor
i bape supir travel

negak bengong tiang masleleg ring tampul
ngalih materi pang kuala melajah
kene kewehe dadi murid lengeh
ngae tugas di ramene
mace sila kejes dadi sela

negak ngepah tiang nlektekang hape
sube ajam lebih melingser bunter
i nyoman timpal tiange kedek degang
"wayan, ento sing ade signyal"
mare ngeh ken beloge

negak ngelel tiang ningehang i nyoman
sube mekelo sing metepuk ring sekolah
covid nguyak gumi
tiang uyak pelajahan
aget teke i nyoman nulungin
ngajain tiang mebase Bali

Duh, hyang prama kawi....
ulap tiang negak 
nunas ica pang dueg tiang
nunas ica pang ngenter aine
nyinarin polo tiange ane embuh



Sharing Forum OSIS Buleleng ke-3 di SMK Negeri 3 Singaraja


Senin (1/11), Forum Osis Kabupaten Bulelengmelakukan kunjungan ke  SMK Negeri 3 Singaraja dalam rangka HUT Forum Osis Buleleng ke 3 dan Bulan Pemuda dalam bentuk sharing session.

Acara ini dibuka langsung oleh Drs. I Nengah Budana, M.Pd., WKS  Kesiswaan SMK Negeri 3 Singaraja yang dihadiri oleh Ketua Forkom Kab. Buleleng, Ketua pelaksana dari Forkom, ketua OSIS SMK Negeri 3 Singaraja, Anggota Forkom dan anggota OSIS SMK Negeri 3 Singaraja.  Selanjutnya diisi dengan sharing dari OSIS SMK Negeri 3 Singaraja dengan penyampaian program kerja dan kegiatan yg dilaksanakan, kemudian kunjungan keliling ruangan atau fasilitas yang ada sekolah. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, Forum OSIS Buleleng berbagi dengan antusias.

Minggu, 31 Oktober 2021

SMK Negeri 3 Singaraja Kibarkan Kejayaan di Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke- 29

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional adalah ajang yang sangat kompetitif untuk menunjukkan kompetensi siswa bagi setiap sekolah yang ada di Indonesia. Namun, tidak semua sekolah bisa mengikuti ajang ini karena seleksi di tingkat provinsi dilakukan sebelum menjadi duta provinsi.
SMK Negeri 3 Singaraja sebagai salah satu SMK peserta Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke- 29 sebagai Duta Provinsi Bali mengikuti cabang lomba antara lain: Cabinet Making, Electrical Installations, Mechanical Engine, Welding, IT Network Systems Administration. Untuk mempersiapkan lomba tersebut, siswa dibimbing oleh guru-guru yang kompeten di bidangnya. 
SMK Negeri 3 Singaraja berjuang dengan bersemangay menghadapi sekolah lain yang mewakili beberapa provinsi, seperti Jawa Barat, Banten, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, Jawa Timur.
Dari berbagai ajang lomba yang diikuti, Kadek Resdu Winata, siswa XII BKP SMK Negeri 3 Singaraja meraih Medalio  for Exelence pada ajang Cabinet Making di bawah bimbingan Bapak I Wayan Jenar. 

Naskah Bebondres

Bondres merupakan salah satu kesenian tradisional Bali. Pada mulanya, Bondres merupakan selingan dalam kesenian topeng di Bali. Namun, belak...