sumber foto: https://www.viva.co.id/amp/blog/budaya/1000085-mengenal-hatarakibachi-budaya-kerja-keras-orang-jepang
Digubah menjadi puisi
Tema Puisi : Keindahan Jepang Hatarakibachi
Oleh Putu Budiarsa
Pagi disambut dengan seyuman
membawaku ke negara jepang
tak terasa aku sudah menjadi duta negara
aku siapkan!
Sumida, itulah tempatku kini berada gedung tinggi dan menara
akrab bersama pekerja seni
ketika lelah, ofuro jadi pengobatnya
juga sushi jadi makananya
di keramaian, kinshi-co tempatku bernaung
dari hiruk pikuk keramaian sepi sendiri
Lelah kaki sudah terpaung
dari keramaian Hatarakibachi
Kongres Hatarakibachi
Karya I Gusti Ayu Restu Wahyuni
Aku seorang seniman kampung
Yang diundang untuk menghadiri kongres seni budaya
Dengan menaiki sebuah airport Limousine
Yang membawaku ke Tobu Levant
Di musim semi di kota Tobu Levant
Angin mengimbaskan rambutku
Disepanjang jalan
Ku lihat banyak kedai makanan
Yang seolah-olah membuatku
Untuk mencicipi semua makanan itu
Saat di hotel
Aku langsung berendam
Di bak air hangat
Yang beraroma kan wangi bunga mawar
Hhhmm...
Sejenak aku berfikir
Rasanya tak pantas seorang pria kampung
Seperti aku berada di sini
Hahh..... aku sangatlah lelah..
TOKYO
Oleh Kadek Widya Kartika Putri
Angin musim semi mengibas rambutku
Kesejukan tokyo menyambutku
Tokyo Sky Tower berdiri menusuk langit
Bila berdiri dibawah tak terlihat ujungnya
Bila naik kepuncak tak terlihat pangkalnya
Aku meluruskan kaki di ofuro
Air hangatt beraroma bunga
Merendam kaki ku
Aku berjalan mengelilingi kota seorang diri
Berbekal peta dan buku
Langkag kaki yang begitu cepat
Semua menyalip langkahku
Semua orang berjalan bergegas menjauh
Menjelajah malioboro sampai prawirotaman
Dengan sepeda ontel tua yang ku sewe
Kutu buku yang tak mengenal dian
Justru merasa bersalah jika harus istirahat
Ia hanyalah seekor kutu pekerja
Yang berburu memburu dunia
Musim Semi di Tokyo
Oleh Ketut Wijaya kesuma
Kesejukan ramah menyambutku
Sebuah airpot datang menghampiriku Ketobu levant disumidaku
Bentuk khas pemandangan
kota
dari tempat yang tinggi
keluar masuk gerbang stasiun Hatarakibachi
Dilorong kereta
Ada masa indah bersamanya
Saat kami masih Saling Cinta sepintas
teringat Cintamu hanya Sementara
Ku akui ia laba-laba
Kumeninggalkanmu
dengan anggun spert kupu kupu
Tongkat kayupun bisa menjadi lugu Cintanya sekokoh gedung itu
la berbisik, di telingaku seperti Serangga yang menebar jaring mangsa.
Kuteringat sakit hati
tersimpan rapat dalam koleksi
kenangan
yang indah bersamanya
Sosok laki-laki yang perupa
bagiku hanyalah seekor kutu pekerja yang berubah jadi serangga laba-laba.
Betapa Terkejut
Oleh Made Febrian Jaya Wardana
Undangan telah tersampai, telah ku cermati, telah ku pahami
betapa terkejutnya diri, aku akan mewakili negeri ini
Kemampuan bahasaku begitu meragukan, ragu apakah mulut ini mampu mengeluarkan kata-kata yang dapat dimengerti, seolah seniman kampungan yang tak banyak orang dengar namanya
Jendela kamar ku buka sebuah bangunan tinggi menyapa bersanding dengan bangunan lainnya, sungguh kemajuan yang tiada tara
JEPANG
Oleh Gede Eka Rediawan
-Bandara,musim semi dengan angin ini yang begitu sejuk
-Di antara guguran daun sakura yang sangat cantik
-Menyambutku dengan begitu indah
-Aku merindukan sepotong sushi dan hangatnya persahabatan
-Di antara gelas sake dan orang-orang mabuk
-Mungkin mual dan asing ini akan mereda
-Di jalan sepi TOKYO
Angin Musim Semi
Oleh I Kadek Riva Prawira
Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku.
Air hangat beraroma bunga meredam lelahku.
Kesejukan Tokyo ramah menyambut.
Mulai dari menara gedung yang menusuk langit.
Aku berjalan jalan seorang diri, di jalanan sepi Tokyo.
Melihat orang berjalan tergesa, Ah rasanya diriku seperti ditinggal saja.
Bila berdiri dibawahnya takkan terlihat ujungnya.
Bila naik ke puncak tak terlihat pangkalnya.
Terasa angkuh tak tersentuh.
Butuh waktu lama memahami soluknya.
Ku menemukan sepasang mata yang akrab.
Ternyata itu adalah Endo seseorang yang pernah mengisi lelahku.
*Hatarakibachi*
*Oleh Gede adi sastrawan*
Bandara, musim semi dan angin ini begitu asing
mual di antara gedung yang berlomba menusuk langit
asing
Diantara gelas sake dan orang-orang mabuk
aku merindukan sepotong sushi
dan hangat persahabatan
mungkin mual dan asing ini
akan mereda
Di jalanan sepi Tokyo
di antara guguran daun sakura
orang-orang berjalan dengan tergegas
aku menemukan diriku yang hilang.
Liburan di Bukit
Komang Sukma Ari Dana
minggu lalu, aku pergi ke bukit. aku melihat pemandangan dari atas bukit, sungai yang berliku, sawah yang hijau, gunung-gunung menjulang, ditutupi awan-awan putih . sungguh sangat indah.
memandang alam dari atas bukit
sejauh pandang ku lepaskan
sungai nampak berliku
sawah hijau membentang
bagai permadani di kaki langit
gunung-gunung tinggi menjulang
berpayungkan awan
oh sungguh indahnya
pemandangan alam di negeriku
Musim semi
Komang Dian Dewi
Angin musim semi Tokyo
Mengibarkan ujung rambutku
Menara yang saling adu tinggi
Semuanya menyuguhkan pengalaman yang sama
Bila berdiri di bawahnya
Takan terlihat ujungnya
*"KENANGAN LANDMARK "*
Oleh siti mutiah
Kesejukan Tokyo ramah menyambutku,
Pemandangan yang tak bisa,
Di nikmati setiap hari.
Jendela kamar 1820,
Tokyo Sky Tower,
Berdiri menusuk langit.
Bila naik ke puncak tak terlihat pangkalnya,
Terasah angkuh tak tersentuh,
Butuh waktu lama memahaminya.
Landmark yang lugu, sederhana,
Akrab dan merakyat,
Bisa di peluk,dicium
Dan diusap sebagai kenangan.
Seniman Kampung
Oleh Kadek Dimas Restu Putra
Sebenarnya aku enggan datang ke negeri ini.
Tapi undangan Kongres seni budaya asia, yang mewajibkan ku hadir.
Sebenarnya aku tak siap dengan perjalanan ini.
Bahasa Inggris dengan pengucapan payah,
petugas bandara semakin membuat ku sakit kepala.
Sebuah airport limousine menghampiri, membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levent di sumidaku.
Daerah pinggiran kota yang ditempuh waktu satu setengah jam.
Dalam perjalanan, aku sedikit mual, mabuk perjalanan yang menunjukkan asal-usulku.
Seniman yang tiba-tiba menjadi duta seni mewakili negaraku.
Golden Tokyo
Oleh Donni Khoirul Winata
Tokyo
Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku
Kesejukan Tokyo ramah menyambutku
Sebuah airport limosin menghampiri
membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levant di sumida-ku
Daerah pinggiran kota kutempuh
Dengan mual dan mabuk perjalanan menunjukkan asal usul ku
di sepanjang perjalanan kulihat banyak kedai makan Yang sumringah
Sushi asli dari Jepang sangat menarik perhatianku
Pengalaman yang tak bisa dinikmati setiap hari
Ohh tokyo
Aku sangat mencintaimu
Kau akan selalu ku kenang
Di dalam hatiku
begitu asing
Nama : Imam maulana
Bandara, musim semi dan angin ini begitu asing
Mual di antara gedung yang berlomba menusuk langit asing
Diantara gelas sake dan orang orang mabuk
Aku merindukan sepotong sushi
Dan hangat persahabatan
Mungkin mual dan asing ini akan meroda
Di jalanan sepi tokyo
Di antara guguran daun sakura
Orang orang berjalan dengan tergesa
Aku menemukan diriku yang hilang
Nama : kadek linda septi ariani
No. :19
Kelas : Xl DPIB 2
Tugas : bahasa indonesia
Kerja keras si lebah
Dia seorang pekerja keras
Yang tak kenal lelag mencari nafkah
Dihutan rimbau tempat dia bernaung
Sang lebah mengumpulkan madu dengan sungguh sungguh
Dia berkerja siang dan malam
Tak peduli panas terik atu hujan deras
Dia terus berkerja tanpa henti
Agar bisa memenuhi kebutuhan sarang
Namun, lebah tidak sendirian
Dia berkerja bersama sama dengan saudaranya
Berkerja tanpa famrih dan selalu berkerjasama
Agar tugas selesai dengn cepat.
Nama:kadek ananda Ferdy Dwi Saputra
No:14
Kls:XI DPIB 2
Mabuk perjalanan dan puisi
Pengguna
BAHASA Inggris dengan puji payah petugas bandara membuat aku semakin sakit kepala. Sebenarnya aku enggan datang ke negeri ini. Tapi Satoshi-san mengirim undangan kehormatan kongres seni budaya Asia, yang mewajibkanku hadir. Atau saya menganggap tidak menghargai hubungan baik antarnegara.
Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku. Kesejukan Tokyo ramah menyambut. Sebuah limusin bandara menghampiri, membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levant di Sumida-ku. Daerah pinggiran kota itu ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Aku sedikit mual, mabuk perjalanan.
Penyakit kampungan yang menunjukkan asal-usulku. Seniman kampung yang tiba-tiba menjadi duta seni mewakili negaraku. Sebenarnya aku tak siap dengan perjalanan ini."jadikanlah puisi"
Nama : Komang putra abdi jaya b.
No : 27
Kelas : XI DPIB2
*Hatarakibachi*
aku seorang seniman
kampung yang dipilih
menghadiri kongres
seni budaya asia
aku datang ke bandara
ilmousine yang
langsung membawaku
ke tobu levant
di musim semi
kota tobu levant
angin mengibaskan
rambutku
hmm… sejenak aku berpikir
tak pantas seorang
gadis kampung seperti
aku berada disini
Antara Malioboro dan Tokyo
Oleh Luh Arik Sariadi
Jalan-jalan aku seorang diri
Peta dan buku berpetualang
Terselip masa lalu
Dituang sake dan bersulang
Aku menelusuri lorong-lorong hotel
Bau lelah dan obrolan pekerja
Membuka pintu mabuk laki-laki
Kampung halaman tampak samar
Pada gelas kaca yang diangkat
Malioboro dan puisi-puisi Umbu Landu Paranggi
Dia tiba, aku kembali
Ini pemandangan Tokyo
Semangkuk ramen dan dua pasang hashi
Aku terpilih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus