Senin, 13 Maret 2023

Menggubah Cerpen Hatarakubachi

sumber foto: https://www.viva.co.id/amp/blog/budaya/1000085-mengenal-hatarakibachi-budaya-kerja-keras-orang-jepang 


Bersumber dari cerpen Hatarakibachi
Digubah menjadi puisi
XI DPIB 2 - TAPEL 2022.2023

Tema Puisi : Keindahan Jepang            Hatarakibachi 
Oleh Putu Budiarsa 

Pagi disambut dengan seyuman
membawaku ke negara jepang 
tak terasa aku sudah menjadi duta negara
aku siapkan! 

Sumida, itulah tempatku kini berada gedung tinggi dan menara 
akrab bersama pekerja seni
ketika lelah, ofuro jadi pengobatnya 
 juga sushi jadi makananya 

di keramaian, kinshi-co tempatku bernaung 
dari hiruk pikuk keramaian sepi sendiri 
Lelah kaki sudah terpaung 
dari keramaian Hatarakibachi

Kongres Hatarakibachi
Karya I Gusti Ayu Restu Wahyuni


Aku seorang seniman kampung
Yang diundang untuk menghadiri kongres seni budaya
Dengan menaiki sebuah airport Limousine
Yang membawaku ke Tobu Levant

Di musim semi di kota Tobu Levant
Angin mengimbaskan rambutku
Disepanjang jalan
Ku lihat banyak kedai makanan
Yang seolah-olah membuatku
Untuk mencicipi semua makanan itu

Saat di hotel
Aku langsung berendam
Di bak air hangat
Yang beraroma kan wangi bunga mawar

Hhhmm...
Sejenak aku berfikir
Rasanya tak pantas seorang pria kampung
Seperti aku berada di sini

Hahh..... aku sangatlah lelah..


TOKYO 
Oleh Kadek Widya Kartika Putri

Angin musim semi mengibas rambutku 
Kesejukan tokyo menyambutku
Tokyo Sky Tower berdiri menusuk langit
Bila berdiri dibawah tak terlihat ujungnya 
Bila naik kepuncak tak terlihat pangkalnya 

Aku meluruskan kaki di ofuro 
Air hangatt beraroma bunga 
Merendam kaki ku 

Aku berjalan mengelilingi kota seorang diri 
Berbekal peta dan buku 
Langkag kaki yang begitu cepat 
Semua menyalip langkahku 
Semua orang berjalan bergegas menjauh 

Menjelajah malioboro sampai prawirotaman
Dengan sepeda ontel tua yang ku sewe 
Kutu buku yang tak mengenal dian 
Justru merasa bersalah jika harus istirahat 

Ia hanyalah seekor kutu pekerja 
Yang berburu memburu dunia


Musim Semi di Tokyo
Oleh Ketut Wijaya kesuma

Kesejukan ramah menyambutku
Sebuah airpot datang menghampiriku Ketobu levant disumidaku
Bentuk khas pemandangan
kota 
dari tempat yang tinggi
keluar masuk gerbang stasiun Hatarakibachi 
Dilorong kereta
Ada masa indah bersamanya

Saat kami masih Saling Cinta sepintas
 teringat Cintamu hanya Sementara
Ku akui ia laba-laba
Kumeninggalkanmu
dengan anggun spert kupu kupu

Tongkat kayupun bisa menjadi lugu Cintanya sekokoh gedung itu
la berbisik, di telingaku seperti Serangga yang menebar jaring mangsa.
Kuteringat sakit hati
tersimpan rapat dalam koleksi
kenangan 
yang indah bersamanya
Sosok laki-laki yang perupa 
bagiku hanyalah seekor kutu pekerja yang berubah jadi serangga laba-laba.

Betapa Terkejut
Oleh Made Febrian Jaya Wardana

Undangan telah tersampai, telah ku cermati, telah ku pahami
betapa terkejutnya diri, aku akan mewakili negeri ini 

Kemampuan bahasaku begitu meragukan, ragu apakah mulut ini mampu mengeluarkan kata-kata yang dapat dimengerti, seolah seniman kampungan yang tak banyak orang dengar namanya

Jendela kamar ku buka sebuah bangunan tinggi menyapa bersanding dengan bangunan lainnya, sungguh kemajuan yang tiada tara


JEPANG 
Oleh Gede Eka Rediawan

-Bandara,musim semi dengan angin ini yang begitu sejuk 
-Di antara guguran daun sakura yang sangat cantik 
-Menyambutku dengan begitu indah

-Aku merindukan sepotong sushi dan hangatnya persahabatan
-Di antara gelas sake dan orang-orang mabuk
-Mungkin mual dan asing ini akan mereda
-Di jalan sepi TOKYO

Angin Musim Semi
Oleh I Kadek Riva Prawira

Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku.
Air hangat beraroma bunga meredam lelahku.
Kesejukan Tokyo ramah menyambut.
Mulai dari menara gedung yang menusuk langit.

Aku berjalan jalan seorang diri, di jalanan sepi Tokyo.
Melihat orang berjalan tergesa, Ah rasanya diriku seperti ditinggal saja.
Bila berdiri dibawahnya takkan terlihat ujungnya.
Bila naik ke puncak tak terlihat pangkalnya.

Terasa angkuh tak tersentuh.
Butuh waktu lama memahami soluknya.
Ku menemukan sepasang mata yang akrab.
Ternyata itu adalah Endo seseorang yang pernah mengisi lelahku.

*Hatarakibachi*
*Oleh Gede adi sastrawan*

Bandara, musim semi dan angin ini begitu asing
mual di antara gedung yang berlomba menusuk langit
asing

Diantara gelas sake dan orang-orang mabuk
aku merindukan sepotong sushi
dan hangat persahabatan
mungkin mual dan asing ini
akan mereda

Di jalanan sepi Tokyo
di antara guguran daun sakura
orang-orang berjalan dengan tergegas
aku menemukan diriku yang hilang.


      Liburan di Bukit
Komang Sukma  Ari Dana

minggu lalu, aku pergi ke bukit. aku melihat pemandangan dari atas bukit, sungai yang berliku, sawah yang hijau, gunung-gunung menjulang, ditutupi awan-awan putih . sungguh sangat indah.

memandang alam dari atas bukit
sejauh pandang ku lepaskan
sungai nampak berliku
sawah hijau membentang 
bagai permadani di kaki langit

gunung-gunung tinggi menjulang
berpayungkan awan
oh sungguh indahnya
pemandangan alam di negeriku



Musim semi 
Komang Dian Dewi

Angin musim semi Tokyo
Mengibarkan ujung rambutku
Menara yang saling adu tinggi

Semuanya menyuguhkan pengalaman yang sama 
Bila berdiri di bawahnya
Takan terlihat ujungnya


          
           *"KENANGAN LANDMARK "*
Oleh siti mutiah

Kesejukan Tokyo ramah menyambutku, 
Pemandangan yang tak bisa, 
Di nikmati setiap hari. 

Jendela kamar 1820,
Tokyo Sky Tower, 
Berdiri menusuk langit. 

Bila naik ke puncak tak terlihat pangkalnya, 
Terasah angkuh tak tersentuh, 
Butuh waktu lama memahaminya. 

Landmark yang lugu, sederhana, 
Akrab dan merakyat, 
Bisa di peluk,dicium
Dan diusap sebagai kenangan.

Seniman Kampung
Oleh Kadek Dimas Restu Putra

Sebenarnya aku enggan datang ke negeri ini. 
Tapi undangan Kongres seni budaya asia, yang mewajibkan ku hadir. 
Sebenarnya aku tak siap dengan perjalanan ini. 
Bahasa Inggris dengan pengucapan payah, 
petugas bandara semakin membuat ku sakit kepala.

Sebuah airport limousine menghampiri, membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levent di sumidaku. 
Daerah pinggiran kota yang ditempuh waktu satu setengah jam.

Dalam perjalanan, aku sedikit mual, mabuk perjalanan yang menunjukkan asal-usulku. 
Seniman  yang tiba-tiba menjadi duta seni mewakili negaraku.

Golden Tokyo
Oleh Donni Khoirul Winata

Tokyo
Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku
Kesejukan Tokyo ramah menyambutku

Sebuah airport limosin menghampiri
membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levant di sumida-ku

Daerah pinggiran kota kutempuh 
Dengan mual dan mabuk perjalanan menunjukkan asal usul ku 
di sepanjang perjalanan kulihat banyak kedai makan Yang sumringah
Sushi asli dari Jepang sangat menarik perhatianku

Pengalaman yang tak bisa dinikmati setiap hari

Ohh tokyo
Aku sangat mencintaimu
Kau akan selalu ku kenang
Di dalam hatiku

begitu asing
Nama : Imam maulana

Bandara, musim semi dan angin ini begitu asing
Mual di antara gedung yang berlomba menusuk langit asing

Diantara gelas sake dan orang orang mabuk
Aku merindukan sepotong sushi
Dan hangat persahabatan
Mungkin mual dan asing ini akan meroda

Di jalanan sepi tokyo
Di antara guguran daun sakura
Orang orang berjalan dengan tergesa
Aku menemukan diriku yang hilang


Nama : kadek linda septi ariani
No.      :19
Kelas : Xl DPIB 2
Tugas : bahasa indonesia


     Kerja keras si lebah

Dia seorang pekerja keras
Yang tak kenal lelag mencari nafkah
Dihutan rimbau tempat dia bernaung
Sang lebah mengumpulkan madu dengan sungguh sungguh

Dia berkerja siang dan malam
Tak peduli panas terik atu hujan deras
Dia terus berkerja tanpa henti
Agar bisa memenuhi kebutuhan sarang

Namun,  lebah tidak sendirian
Dia berkerja bersama sama dengan saudaranya 
Berkerja tanpa famrih dan selalu berkerjasama
Agar tugas selesai dengn cepat.

Nama:kadek ananda Ferdy Dwi Saputra
No:14
Kls:XI DPIB 2

Mabuk perjalanan dan puisi

Pengguna
BAHASA Inggris dengan puji payah petugas bandara membuat aku semakin sakit kepala. Sebenarnya aku enggan datang ke negeri ini. Tapi Satoshi-san mengirim undangan kehormatan kongres seni budaya Asia, yang mewajibkanku hadir. Atau saya menganggap tidak menghargai hubungan baik antarnegara. 

Angin musim semi mengibarkan ujung rambutku. Kesejukan Tokyo ramah menyambut. Sebuah limusin bandara menghampiri, membuka pintu, dan membawaku ke Tobu Levant di Sumida-ku. Daerah pinggiran kota itu ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Aku sedikit mual, mabuk perjalanan. 

Penyakit kampungan yang menunjukkan asal-usulku. Seniman kampung yang tiba-tiba menjadi duta seni mewakili negaraku. Sebenarnya aku tak siap dengan perjalanan ini."jadikanlah puisi"

Nama : Komang putra abdi jaya b.
No : 27
Kelas : XI DPIB2

*Hatarakibachi*

aku seorang seniman 
kampung yang dipilih 
menghadiri kongres 
seni budaya asia

aku datang ke bandara 
ilmousine yang 
langsung membawaku 
ke tobu levant

di musim semi 
kota tobu levant 
angin mengibaskan 
rambutku 

hmm… sejenak aku berpikir 
tak pantas seorang
gadis kampung seperti 
aku berada disini


Antara Malioboro dan Tokyo
Oleh Luh Arik Sariadi

Jalan-jalan aku seorang diri
Peta dan buku berpetualang
Terselip masa lalu
Dituang sake dan bersulang

Aku menelusuri lorong-lorong hotel
Bau lelah dan obrolan pekerja
Membuka pintu mabuk laki-laki

Kampung halaman tampak samar
Pada gelas kaca yang diangkat
Malioboro dan puisi-puisi Umbu Landu Paranggi

Dia tiba, aku kembali
Ini pemandangan Tokyo
Semangkuk ramen dan dua pasang hashi
Aku terpilih



1 komentar:

Naskah Bebondres

Bondres merupakan salah satu kesenian tradisional Bali. Pada mulanya, Bondres merupakan selingan dalam kesenian topeng di Bali. Namun, belak...