MATERI PUISI
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan
kata-kata indah dan kaya makna. Puisi dibentuk oleh :
a. Struktur
fisik yang meliputi:
-
Tipografi atau perwajahan
adalah bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, tepi kiri kanan dan tidak
memiliki pengaturan baris. Biasanya pada baris puisi tidak selalu diawali huruf
besar (kapital) serta tidak diakhiri dengan tanda titik. Bisa juga dilihat dari
jumlah bait dalam puisi tersebut.
-
Diksi, merupakan
pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Puisi adalah
bentuk karya sastra yang padat dengan sedikit kata-kata sehingga diksi atau
pemilihan kata menjadi sangat penting dan krusial bagi nilai estetika puisi.
-
Majas atau gaya bahasa
adalah penggunaan bahasa yang bersifat seolah-olah menghidupkan dan menimbulkan
makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Beberapa majas
yang sering digunakan Pada puisi misalnya seperti retorika, metafora,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, repetisi, anafora, antitesis,
klimaks, antiklimaks, satire, paradoks dan lain-lain.
Jenis-jenis Majas:
Majas Perbandingan
Jenis majas perbandingan meliputi majas yang
menggunakan gaya bahasa ungkapan dengan cara menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni melalui proses penyamaan,
pelebihan, atau penggantian. Di dalam majas perbandingan ini pun masih dapat
dibagi ke dalam beberapa sub jenis, seperti :
1. Majas Personifikasi
Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang
ungkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti
manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan manusia. Jadi, intinya adalah
pada kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-orang-kan benda mati.
Contoh: Pensil itu menari –nari di atas kertas untuk
menghasilkan gambar yang begitu indah.
Keterangan: pensil adalah benda mati yang sudah pasti tidak
bisa menari, tapi digambarkan benda mati tersebut bisa menari layaknya manusia.
Contoh Majas Personifikasi:
1. Pena itu menari-nari di
atas kertas.
2. Lia termenung menatap daun-daun
yang berjoget diterpa angin.
3. Leptopku sedang kelelahan
karena digunakan semalam suntuk.
4. Pepohonan di hutan itu tampak sedih
karena musim kemarau panjang.
5. Lautan biru itu seolah menatapku
dalam hening.
6. Aku bisa merasakan
dinding-dinding di sekitarku mendengar pembicaraan kita.
7. Baju ini memelukku
tubuhku yang kedinginan.
8. Bunga-bunga di taman bercengkerama
riang di bawah terik hangat mentari.
9. Aku tidak bisa
menemukan jam tanganku, mungkin dia melarikan diri.
10. Jam berjalan dengan sangat lambat.
2. Majas Metafora
Majas metafora adalah suatu majas yang menggunakan
sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui
suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa
sifatnya, tetapi bukan manusia.
Contoh: Lily adalah anak emas di keluarga besar Pak
Badar.
Keterangan: anak emas adalah ungkapan bagi orang yang dianggap
kesayangan.
Contoh Majas Metafora:
1. Mila adalah bunga desa
yang selalu mengagumkan.
2. Lia selalu menjadi buah
bibir karena tingkah lakunya yang urakan.
3. Kita harus waspada dengan
orang itu karena ia terkenal panjang tangan.
4. Raja hutan itu memiliki suara yang
paling menggelegar.
5. Dodi senang sekali dengan buah
tangan yang diberikan paman.
6. Ali berusaha keras untuk
mengasilkan buah pena ini.
7. Tulisan ini adalah buah
pikiran kawan sekelasku.
8. Sang Raja Siang
memang selalu membawa kehangatan.
9. Dinda adalah buah hati
pasangan yang fenomenal itu.
10. Budi hanya bisa pasrah
dianggap sebagai sampah masyarakat.
3. Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan
ungkapan dengan membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang
dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Perbandingan dalam majas ini disampaikan secara implisit, sehingga pembaca
harus menganalisa sendiri arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik
itu bak pinang dibelah dua.
Keterangan: bak pinang dibelah dua artinya kedua saudara itu
memiliki wajah sangat mirip.
Contoh Majas Asosiasi:
1. Sita dan Siti bak pinang
dibelah dua.
2. Harapan Lina akan beasiswa bak
gayung bersambut.
3. Pendiriannya memang seperti
air di daun talas.
4. Dia sudah lama tidak
muncul bagaikan ditelan bumi.
5. Layaknya tiada gading yang
tak retak,
begitu juga manusia.
6. Nasib kita itu seperti
roda yang berputar.
7. Memberi Heni hadiah sama
saja seperti menabur garam di lautan.
8. Menasehati kakak beradik
itu seperti berbicara dengan tembok.
9. Aku sangat kecewa dengan
tindakanmu yang bagaikan duri dalam sekam.
10. Dia sungguh mengecewakan,
sikapnya bak pagar makan tanaman.
4. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan
sesuatu dengan kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan
cara yang hampir tidak masuk akal.
Contoh: Kakek itu bekerja banting tulang siang malam
untuk menghidupi cucu –cucunya.
Keterangan: bekerja banting tulang siang malam menunjukkan
kesan berlebihan dari tindakan bekerja keras.
Contoh Majas Hiperbola:
1. Dia sudah terbiasa memeras
keringat untuk menafkahi keluarga.
2. Luluk girang
setengah mati karena mendapat lotre.
3. Dinda menangis sampai
air matanya habis karena kehilangan dompet.
4. Lari marathon sungguh
melelahkan sampai kakiku terasa mau lepas.
5. Suaranya hampir memecahkan
gendang telingaku.
6. Gadis itu berbicara dengan
lantang sampai suaranya memenuhi dunia.
7. Dia menguap sampai aku
hampir tertelan.
8. Guruku sangat baik seperti
malaikat.
9. Soal matematika ini sangat
mudah bagiku, sampai bisa kuselesaikan dalam sekejap mata.
10. Dia bisa berlari sangat
cepat secepat kilat.
5. Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa
yang menggantikan kata-kata yang dianggap kurang baik ata kurang etis, dengan
padanan kata yang lebih halus dan bermakna sepadan.
Contoh: Perusahaan XYZ mengeluarkan kebijakan untuk
memberikan kuota pekerjaan khusus bagi kaum difabel.
Keterangan: kata difabel menggantikan frasa yang dianggap
kurang baik, yakni “orang cacat”.
Contoh Majas Eufemisme:
1. Dia adalah seorang tuna
daksa.
2. Kita harus menolong orang
yang tuna wisma.
3. Kasihan anak itu, ia
terlahir tuna rungu.
4. Guru itu adalah seorang difabel,
tapi ia sangat pandai mengajar.
5. Dia terpaksa mendekam di hotel
prodeo karena kecelakaan itu.
6. Karena terjerat kasus
korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
7. Orang tua itu sudah tidak
memiliki sanak saudara, makanya ia diletakkan di panti jompo.
8. Meskipun ia adalah kaum
marginal, tapi ia memiliki semangat belajar tinggi.
9. Jika kita bertemu kaum fakir,
kita tidak boleh menghinanya.
10. Dia mengalami gangguan
jiwa karena kehilangan pekerjaan dan keluarga sekaligus.
6. Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya
bahasa dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer,
untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.
Contoh: Agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi
dengan odol.
Keterangan: yang dimaksud dengan odol di sini adalah pasta
gigi, karena odol sebetulnya adalah merek dagang dari pasta gigi.
Contoh Majas Metonimia:
1. Ayah suka menghisap
gudang garam.
2. Paman memintaku membeli djarum
super.
3. Agar tidak mabuk
perjalanan, minum dulu antimo sebelum berpergian.
4. Jika sedang akhir bulan,
aku biasa makan supermi.
5. Tolong ambilkan aqua
dingin, aku haus sekali.
6. Rasanya gerah sekali siang
ini, aku ingin minum teh gelas saja.
7. Ayo kita pergi naik honda.
8. Aku ingin terbang naik garuda.
9. Tolong ambilkan nokia
milik Kakak di dalam kamar.
10. Jika merasa lemas, Kamu
bisa meminum sangobion.
7. Majas Simile
Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas
asosiasi yang menggunakan kata hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti.
Hanya bedanya, pada majas simile ini tidak membandingkan dua objek yang
berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang
maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca
langsung bisa menebak arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan anak
ayam kehilangan induknya, selalu kebingungan.
Keterangan: bagaikan anak ayam kehilangan induknya menunjukkan
adanya kegiatan yang selalu dalam kebingunan tanpa arah dan tujuan.
Contoh Majas Simile:
1. Sering-seringlah bergaul,
agar tidak kurang wawasan, seperti kura-kura dalam tempurung.
2. Dia selalu saja patuh pada
ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk hidungnya.
3. Lili memang sudah terkenal
sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
4. Adikmu tampak sangat lapar,
jalannya seperti singa kelaparan.
5. Rapat hari ini sangat
kacau, seperti hutan terserang angin ribut.
8. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang
menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau
ungkapan.
Contoh: Dalam bahtera rumah tangga, suami adalah
nakhodanya.
Keterangan: kata suami diungkapkan sebagai nahkoda, yang
bermaksud sebagai pemimpin keluarga.
Contoh Majas Alegori:
1. Jika sudah sampai pada dermaga
kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
2. Ani sedang mencari pelabuhan
cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
3. Dalam pertarungan
mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua
adalah pelatihnya.
4. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten
yang tepat.
5. Di dalam perlombaan
memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
9. Majas Sinekdok
Gaya bahasa sinekdok ini menunjukkan adanya
perwakilan dalam mengungkapkan sesuatu. Agar lebih jelas, kita bisa melihat
pada pembagian majas sinekdok ini, di mana majas ini masih terbagi lagi dalam
dua macam, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto (part/ sebagian mewakili total)
adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur dengan maksud mewakili
keseluruhan benda. Sedangkan sinekdok totem pro parte (total mewakili
part/ sebagian) adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang menunjukkan
keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda atau situasi saja.
Contoh:
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang hidungnya.
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang hidungnya.
Keterangan: batang hidung adalah hanya sebagian dari Riyan,
padahal yang dimaksud adalah Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte: Indonesia telah berhasil
mendapatkan 11 medali emas Asian Games tahun ini.
Keterangan: Indonesia adalah seluruhnya, padahal yang dimaksud
mendapat medali hanya beberapa orang yang mewakili Indonesia saja.
Contoh Majas Sinekdok Pars
Pro Toto:
1. Kita hanya perlu mewakilkan
satu kepala saja dalam rapat ini.
2. Ibu membeli tiga ekor
ayam untuk pesta nanti malam.
3. Dia hanya menampakkan batang
hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
Contoh Majas Sinekdok Totem
Pro Parte :
1. Malaysia berhasil mengalahkan Thailand
dalam pertandingan bola itu.
2. Amerika Serikat menyerang negara-negara
yang dianggapnya berbahaya.
3. China menyatakan bahwa negaranya
telah terbuka dalam hubungan internasional.
4. Jepang berhasil menerbangkan
rudal tempur terbaru yang diklaim sangat canggih.
5. Sekolahku memenangkan lomba cerdas
cermat di Semarang.
10. Majas Simbolik
Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang
membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup lain dalam bentuk
ungkapan.
Contoh: Silvi adalah bunga desa yang banyak memiliki
kelebihan.
Keterangan: bunga desa menunjukkan sosok yang banyak dikagumi.
Contoh Majas Simbolik:
1. Rian sangat berani seperti raja
hutan.
2. Dina disebut-sebut sebagai kembang
desa yang dikagumi semua pria.
3. Lisa seperti ratu
lebah yang dipuja oleh banyak orang.
4. Dian yang masih menyendiri
hingga sekarang memang layak dianggap bunga teratai, indah tapi susah
dijangkau.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu bentuk gaya
bahasa dengan kata-kata kiasan yang bertentangan dengan yang dimaksudkan
sesungguhnya. Jenis majas pertentangan dapat dibagi ke dalam beberapa subjenis,
meliputi :
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan
majas hiperbola, tetapi lebih sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk
merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang
dikatakan.
Contoh: Jika ada waktu, sudilah kiranya mampir ke gubuk
kami.
Keterangan: gubuk yang dimaksud adalah rumah, sekali pun
sebetulnya bukan berbentuk gubuk melainkan rumah yang sudah memiliki bangunan
kokoh.
Contoh Majas Litotes:
1. Apalah daya kami hanya bisa
menyediakan pondok sederhana ini untuk kalian.
2. Silahkan dinikmati makanan
seadanya ini.
3. Ini uang tanda terima kasih
sekedar untuk mengganti ongkos pulsa.
4. Ya, baru mobil
butut ini yang bisa kami beli.
5. Semoga kalian bisa nyaman
dengan alas sederhana ini.
2. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan
membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang
ramai ini.
Keterangan: sepi dan ramai adalah sesuatu yang bertentangan.
Contoh Majas Paradoks:
1. Dia merasa lapar,
padahal tinggal di pusat kuliner.
2. Dia tersenyum, meski
hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih.
3. Ani tetap saja menangis,
ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
4. Lia merasa malas di
tengah kobaran semangat para relawan.
5. Didi merasa bising
di ruangan kosong yang sepi ini.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan
kata yang memiliki arti bertentangan.
Contoh: Baik buruk semua ada balasan yang setimpal.
Keterangan: kata baik dan buruk adalah dua makna yang
bertentangan dan saling disandingkan.
Contoh Majas Antitesis:
1. Besar kecil kue ini tetap enak rasanya.
2. Tinggi rendah martabat kita tergantung
pada tingkat laku kita.
3. Orang akan menilai baik
buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.
4. Sangat penting untuk
menilai orang berdasarkan benar salah perbuatan mereka.
5. Suka benci itu adalah hak kita untuk
mengatur perasaan kita sendiri.
6. Kita harus selalu menyapa
kawan kita, lupa atau ingat mereka pada kita.
7. Sehat sakit itu adalah anugerah yang
harus kita syukuri.
8. Cepat lambat kita pasti akan mendapatkan
rejeki.
9. Hidup mati manusia berada di tangah
Tuhan.
10. Gemuk kurus bagiku semua wanita itu
cantik selama ia memiliki sikap santun.
4. Majas Kontradiksi
Interminis
Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal
ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya, dan biasanya diikuti konjungsi,
seperti kata kecuali atau hanya saja.
Contoh Majas Kontradiksi
Interminis:
1. Kota – kota besar ini semakin mewah,
kecuali kota – kota pinggiran yang semakin tersisih.
2. Pesta ini sangat meriah,
hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
3. Burung-burung di sini
sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu terlihat buruk.
4. Hewan ternak milik Pak Sugi
sehat – sehat, hanya saja ada beberapa ternak yang sakit – sakitan.
5. Mobil-mobil di dealer ini
sangat modern, kecuali satu mobil yang ada di ujung sana terlihat kuno.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah kelompok macam majas yang
menggunakan kata-kata kiasan yang tujuannya adalah untuk menyindir seseorang
atau perilaku dan kondisi tertentu. Jenis majas sindiran terbagi ke dalam tiga
subjenis, meliputi :
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata
bertentangan dengan fakta yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti
memuji di awal, tapi menunjukkan maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir
kalimat.
Contoh Majas Ironi:
1. Bersih sekali tempat ini, sampai
–sampai bisa jadi sarang tikus.
2. Wangi sekali bajumu, sampai
banyak lalat yang mengerubuti.
3. Besar sekali kadomu, sampai bisa
dimasukkan dalam kantong celana.
4. Sepertinya dietmu
sukses, berat badanmu naik hingga 10 kg.
5. Kakaknya baik sekali,
mengantarkan adik ke sekolah saja enggan.
6. Santun sekali kamu, berbicara
saja pakai membentak-bentak.
7. Pandai sekali kamu, matematika
bisa mendpatkan nilai nol besar.
8. Rajin sekali adikku ini,
matahari sudah di tengah kepala baru bangun.
9. Cepat sekali larimu,
dibandingkan dengan kura-kura saja sama.
10. Pengertian sekali kamu, ada tamu tidak
pernah dijamu.
2. Majas Sinisme
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang
menyampaikan sindiran secara langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan
ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak
disampaikan secara kasar.
Contoh Majas Sinisme:
1. Kotor sekali kamarmu sampai debu
debu bertebaran di mana -mana.
2. Apek sekali bantal ini seperti
tidak pernah dicuci.
3. Kurus sekali kamu seperti orang
yang sudah tidak makan setahun.
4. Kamu memang sangat malas,
tidak pernah mau membersihkan rumah.
5. Dia itu sangat pelit,
tidak pernah mau berbagi.
3. Majas Sarkasme
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan
sifatnya kasar, sehingga cenderung seperti hujatan.
Contoh Majas Sarkasme:
1. Dia hanyalah sampah
masyarakat yang tak berguna!
2. Dia itu sangat dungu
dan tidak tahu apa-apa.
3. Anak itu sangat tolol
sehingga membuatku muak.
4. Masakan ini rasanya sungguh
membuatku ingin muntah.
5. Pestanya sungguh kacau
sehingga aku tidak bisa menikmatinya.
6. Burung itu memang buruk
rupa sehingga tidak ada yang mau membelinya.
7. Dodo dikenal sebagai orang
yang sangat jorok.
8. Bangunan ini sudah reot
dan kumuh seperti tempat pembuangan sampah.
9. Suara penyanyi ini sangat
jelek membuat telingaku sakit.
10. Buku ini jelek sekali,
aku pusing dibuatnya.
Majas Penegasan
Majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang
dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya
agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan. Majas penegasan dapat
dibagi ke dalam tujuh subjenis, yang meliputi :
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama,
sehingga terkesan tidak efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk
menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan
pada teman sekelas.
Keterangan: maju pasti ke depan.
Contoh Majas Pleonasme:
1. Silahkan angkat tangan
ke atas bagi yang setuju.
2. Bagi yang merasa mampu
mengerjakan soal ini boleh maju ke depan.
3. Kita harus selalu mengingat
sejarah di masa lalu.
4. Kita tidak boleh mundur
ke belakang meninggalkan dia sendiria.
5. Bagi yang merasa sudah
lengkap berkasnya, bisa masuk ke dalam.
2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang
kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.
Contoh Majas Repetisi:
1. Dia adalah pelakunya, dia
si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
2. Saya ingin berubah, saya ingin
rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi orang
sukses.
3. Lili adalah gadis cantik, Lili
adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
4. Siti begitu baik, Siti
begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku ada
masalah.
5. Buku ini buku yang bagus, buku
ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu merubah sudut pandangku.
6. Di tempat ini aku pertama kali bertemu
dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di tempat ini aku
selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku.
7. Rumah ini adalah tempat paling
nyaman, rumah ini adalah tempat paling istimewa, rumah
inilah tempat tinggalku satu-satunya.
8. Gadis itu telah berhasil merayuku, gadis
itu berhasil memikat hatiku, gadis itulah yang selalu mengisi
ingatanku.
9. Komputer inilah yang selalu menemaniku, komputer
inilah yang mengatarkanku pada kesuksesan, komputer ini sudah
seperti saudaraku.
10. Kota ini adalah tempat kelahiranku,
kota ini tempatku dibesarkan, dan di kota ini pula aku akan mati.
3. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan dengan memberikan
penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang sesungguhnya tidak perlu dijawab.
Contoh Majas Retorika:
1. Kapan Aku pernah memintamu
untuk membohongiku?
2. Apa ada orang yang mau
ditipu?
3. Siapa yang rela jika harus
kehilangan orang yang dikasihinya?
4. Apa kita pernah meminta
mendapatkan semua keberkahan ini?
5. Kapan Aku memintamu untuk
iri kepadaku?
6. Siapa yang tidak ingin
hidup makmur dan sejahtera?
7. Siapa yang senang bila
keluarganya berantakan?
8. Siapa yang tidak berduka
bila rumahnya kebakaran?
9. Apa kita pernah meminta
seorang pemimpin yang hanya memikirkan diri sendiri?
10. Siapa yang tidak ingin
mendapat pemimpin yang amanah?
4. Majas Klimaks
Majas ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang
rendah ke tinggi.
Contoh Majas Klimaks:
1. Bayi, anak kecil, remaja,
hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera.
2. PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa
menyisipkan pendidikan karakter di setiap tahapannya.
3. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan
kubeli.
4. S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran
pakaian itu.
5. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas
yang kami berikan ini.
6. Masyarakat di pelosok,
desa, kota, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan hidup yang baik.
5. Majas Antiklimaks
Gaya bahasa ini berkebalikan dengan klimaks, yakni
gaya bahasa yang menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari
tinggi ke tingkatan yang rendah.
Contoh Majas Antiklimaks:
1. Masyarakat modern, desa,
hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan yang layak.
2. Lansia, dewasa, remaja, anak-anak,
juga bayi, boleh
datang ke pesta yang kita adakan.
3. Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk
bahagia.
4. Ukuran jumbo, sedang,
kecil, tersedia di toko kami.
5. S3, S2. S1. juga D3, boleh mendaftarkan diri di
perusahaan ini.
6. Majas Pararelisme
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam
puisi, yang dilakukan dengan mengulang-ulang sebuah kata di dalam berbagai
definisi berbeda. Jika pengulangan dilakukan di awal, maka disebut sebagai
anafora. Namun, jika kata yang diulang ada pada bagian akhir kalimat, maka
disebut epifora.
Contoh Majas Paralelisme:
Cinta itu sabar.
Cinta itu lemah lembut.
Cinta itu memaafkan.
Cinta itu tidak serakah.
Kasih itu penyabar.
Kasih itu tidak pernah marah.
Kasih itu selalu mengerti.
Yang terbaik itu cinta.
Yang terkasih itu cinta.
Yang paling sempurna itu cinta.
Perempuan paling hebat itulah ibuku.
Perempuan yang penuh kasih sayang itulah ibuku.
Perempuan yang penuh pengertian adalah ibuku.
Perempuan paling sempurna adalah ibuku.
7. Majas Tautologi
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki
sinonim untuk menegaskan kondisi atau ujaran tertentu.
Contoh Majas Tautologi:
1. Hidup akan terasa aman,
damai, dan tenteram, apabila kita semua bisa saling menghormati.
2. Dia adalah gadis yang penuh
dengan kasih, sayang, dan cinta.
3. Gadis di pelaminan itu
adalah gadis yang cantik, manis, dan anggun.
4. Suasana di pesta ini sangat
ramai, meriah, gegap gempita.
5. Kelas ini terasa begitu sepi,
sunyi, senyap, tidak ada yang hadir.
6. Aku menyukai anak
yang ceria, gembira, riang, dan penuh suka cita itu.
7. Jika memilih baju, ia
selalu memilih yang modis, elegan, modern, dan gaya.
8. Lili itu anak yang sangat rajin,
disiplin, patuh, tidak pernah terlambat.
9. Cahaya bulan malam ini
tampak terang benderang bercahaya.
10. Gerakan tarian itu tampak lemah
lembut, gemulai, dan begitu meliuk.
11. Kita tidak bisa mempercayai
penjahat, perampok, penjambret, dan pencuri, seperti dia.
Referensi:
1. Arifin, E.Z dan Junaiyah.
2009. Sintaksis: Untuk Mahasiswa Strata Satu Jurusan Bahasa dan Linguistik
dan Guru Bahasa Indonesia SMA/ SMK. Jakarta: Grasindo.
2. Darmayanti, N dan Hidayati,
N. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Unggul
Kelas XII. Bandung: Grafindo Media Pratama.
3. Kusmayadi, I. 2008. Think
Smart Bahasa Indonesia: Kumpulan Soal untuk Kelas XI SMA/MA Program Bahasa.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
4. Sugono, D. 2009. Mahir
Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
5. Utami, S., Sugiarti,
Suroto, dan Alexander S. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/ MA
Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
-
Rima/irama, merupakan
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah atau pada akhir baris puisi.
Sementara ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
b.
Struktur batin yang
meliputi:
-
Tema, unsur utama pada
puisi karena tema berkaitan erat dengan makna yang dihasilkan dari suatu puisi.
Pada puisi, sebuah tema menjadi landasan dan garis besar dari isi puisi
tersebut.
-
Nada/Suasana, yang
dimaksud nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya.
Nada berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa
dengan nada menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi atau seolah ingin
bekerja sama dengan pembaca.
-
Citraan/imaji,
adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia, seperti imaji
penglihatan, imaji suara dan sebagainya. Imaji dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual) dan imaji raba atau
sentuh (imaji taktil).
-
Pesan/ Amanat, dapat
ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak langsung.
Tugas Peserta Didik
1. Tanggal
13 - 20 April 2020 membaca materi puisi yang disampaikan di atas!
Bukti telah membaca tugas ini adalah
dengan menscreenshot bagian materi dan mengisi 1 pertanyaanberkaitan dengan materi puisi pada kolom komentar paling lambat tanggal 20 April 2020! Ingat, setiap mengisi kolom komentar, Anda harus mengisi nama, nomor, kelas!
2. Tanggal
21 - 28 April 2020 menulis puisi yang bertema “Corona dan Pengaruhnya bagi
Indonesia” dan berisi majas paling sedikit 7 jenis majas! Majas yang ada pada
puisi tersebut, dicetak tebal. Tugas diketik/tulis tangan lalu dikirim lewat
email: luharik1983@gmail.com
atau lewat WhatsApp: 081936675083 paling lambat tanggal 28 April 2020!