Aku melihat serangga kecil yang namanya tidak kutahu berada ditumpukan sampah. Memang, rawa ini lebih mirip tempat pembuangan sampah. Kulihat kelapa bekas sesaji nyangkut di semak-semak. Sejatinya, aku tidak pernah datang ke rawa-rawa ini.
Seorang selegram dari ibu kota memviralkan tempat ini sebagai rawa yang menakjubkan, bagai surga. "Hai Gaess, kalian belum pernah ke sini ya? Ini surga bagiku, Gaes...." kata selegram cantik itu. Ia juga menceritakan bahwa rawa itu masih perawan sama seperti dirinya. Aku yang menyaksikannya saat siaran langsung menjadi terperanga.
Aku membayangkan lekuk tubuh selegram itu bahagikan rawa-lawa. Air sulit mengalir pada tubuhnya, sama halnya dengan rawa. "Air apa?" Dasar, aku mulai berimajinasi. Ini masa muda yang penuh gairah. Aku membayangkan tubuhnya disiram air hujan dan menggenang dibeberapa lekuk tubuhnya. "Seperti apa rawa-rawa yang masih perawan?" kataku sembari menggeprak semak.
***
Saban malam, aku sulit tidur. Aku baru saja selesai belajar. Tubuhku sudah terlentang di ranjang tetapi mataku belum bisa terpejam. Aku membayangkan siaran langsung selegram cantik itu. Aku ingat suaranya yang seksi saat seekor serangga menggigitnya. Aku mendengar betapa enak suaranya saat mengaduh.
Karena sulit tidur, aku bangun dan duduk di ruang tamu. Ayah sedang mengetik dengan laptop.
"Ayah, saat liburan nanti, aku mau ke sebuah tempat yang indah." Kataku merayu.
"Katakan, kamu mau ke mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar