Kamis, 10 April 2025

Kidung


5 Kidung Dewa Yadnya yang Sering Ditembangkan


Kidung adalah salah satu bentuk penyebaran ajaran agama Hindu yang beradaptasi dengan budaya lokal setempat. Kidung Dewa Yadnya adalah salah satu yang ditembangkan dalam berbagai upacara yang dilakukan umat Hindu Bali.

Kidung merupakan bentuk kesusastraan Bali kuno yang biasanya dilantunkan saat pelaksanaan upacara panca Yadnya. Upacara keagaman Hindu biasanya dilakukan dengan semarak dan meriah.

Kidung merupakan bentuk seni yang sakral. Lewat lantunan kidung, ajaran-ajaran ketuhanan agama Hindu ditransformasikan ke dalam syair serta suara yang indah dan mempesona.

Dilansir dari sebuah artikel berjudul Filosofi dan Fungsi Kidung Bagi Umat Hindu dalam website Universitas Udayana, kidung sudah pasti kaya akan nilai atau makna yang terkandung di dalamnya. Karya sastra kidung merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk menyiarkan ajaran-ajaran dalam agama Hindu. Harapannya, setiap umat Hindu mampu meresapi makna-makna yang terkandung dalam berbagai kidung dan menerapkan nilai tersebut dalam kehidupannya.

Kumpulan Kidung Dewa Yadnya

Terdapat 5 kidung Dewa Yadnya yang sering ditembangkan, yaitu Kawitan Wargasari, Pupuh Gambuh, Mendak Bhatara (wargasari), Bramara Ngisep Sari, dan Turun Tirta. Berikut ini adalah pemaparan lengkap kelima kidung tersebut.

1. Kawitan Warga Sari

Purwakaning angripta rum
ning wana ukir
kahadang labuh kartika
panedenging sari
angayo tangguli ketur
angringring jangga mure

Sukanya arja winangun
winarna sari
rumrumning puspa priyaka
ingoling tangi
sampuning riris sumaru
menggwing srengganing rejeng

2. Pupuh Gambuh

Ngaturang kukus arum
Pangiring pujabakti ka luhur
Maduluran canang gantal
Canang sari
Saha kidung matembang gambuh
Katur ring hyang Widi kawot

Purwaning puja katur
piranti asep menyan mawelun
Panyeregeg manggala yadnya
Sang sulinggih
Kukus cihna ripu dudus
Budi hening jati katon

Madasar budhi sadu
Saking Ias caryaning kayun
Manunas Panugrahan ida
Dewa Dewi
Miwah Pitara leluhur
Mugi nemu kerahayuan

Atur kesama pukulun
Antuk presangga mangayap iratu
Yadin tuna presarana
Yadnya bakti
Maka renaning penawur
Dening bhatara pangayom

Ampura ratu Hyang sinuhun
Manawi tuna bakti ingsun
ledang ugi ngampurayang
Asung asih
kreta nugraha ratu manuntun
Tityang sadia nyanggra manyuwun

3. Mendak Bhatara (wargasari)

Asep pejati wus katur,
Mendak Ida Bhatarane,
Paneteg Ian canang arum,
Canang gantal canang sari,
Parekan pada menangkil,
Pedek sami nunas ica,
Ngadpada manyungsung,
Mengaturang palinggih

Tengeran Bhatara rawuh,
Ketug lindu manggalana,
Kilat tatit kuwug-kuwug,
Dumilah ngadeg ring langit,
Raris maduluran angin,
Mangalinus maring jagat
Rempak taru rubuh,
Katibanan angin.

Bhatara makire tedun,
Anglayang diambarane,
Busanane sarwa murub,
Tur anunggang wyalapati,
Warnane angresing hati,
Risampun prapti ring pura,
Ancangan tumurun,
Natasang pelinggih.

Dibale manike luhung,
Mapanyengker ring tlagane,
Kadagingin tanjung tutur,
Tunjung bang tunjung putih,
Ring madyaning bale alit,
Isa Bhatara mabawos,
Nganggit sekar jepun,
Sekarang memargi.

4. Bramara Ngisep Sari

Om om sembah ikatunan,
dumadak jua kaaksi,
mungguing pangubaktin tityang,
nista solah lawan wuwus,
muwah banget hina budi.

Kewanten sredaning manah,
miwah katlebaning hati,
kalawan eling tan pegat,
kanggen manyanggra manyuwun,
pican iratu sang luwih.

Iratu langkung pawikan,
ring manah sarwa dumadi,
ne jati kalawan boya,
ne corah lan bakti mulus,
ne patut kalawan rusit.

Apan paduka bhatara,
ne mula nodyanin gumi,
weruh ring sakandan jagat,
saluwir ne wus kalangkung,
mangkin miwah ne kawuri.

Sakala lawan niskala,
bhatara ngraganin sami,
wesnawa suksma bhatara,
brahma niskala iratu,
pepek sami karaganin.

5. Turun Tirta

Turun tirta saking luhur
Ne nyiratang pemangkune
Mangelencok muncrat mumbul
Mapan tirta merta jati
Paican betara sami
Panglukatan dasa mala
Sami padalebur
malane ring bumi

Maketis ping tiga sampun
pabahan siwa dwarane
wangsuhane raris inum
ping tiga lantas mesugi
ring waktra magentos genti
toya amertha widhine
Sami sampun puput
Mengalangin hati

Turun tirta saking luhur
Tirta panca dewatane
Wisnu tirta kamandalu
Hyang iswara sanjiwani
Mahadewa kundalini
Hyang brahma tirta pawitra
Hyang siwa pamuput
amerta kinardi

Demikianlah pembahasan mengenai kidung Dewa Yadnya, mulai dari Kawitan Wargasari, Pupuh Gambuh, Mendak Bhatara (wargasari), Bramara Ngisep Sari, dan Turun Tirta. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kamu yang sedang mencari kidung Dewa Yadnya.

Selasa, 08 April 2025

KARYA-KARYA UMBU LANDU PARANGGI

KARYA-KARYA UMBU LANDU PARANGGI

Kuda Putih

Versi I

Kuda Putih

kuda putih yang meringkik dalam sajak-sajakku
merasuki basabisik kantong peluh rahasiaku
diam diam kupacu terus ini binatang cintaku
dengan cambuk tali anganan dari padang padangku



Sajak Kecil

(1)
dengan mencintai
puisi-puisi ini
sukma dari sukmaku
terbukalah medan laga
sekaligus kubu
hidup takkan pernah aman
kapan dan di mana pun
selamanya terancam bahaya

dan kebenaran sunyi itu
penawar duka bersahaja
selalu risau mengembara

mustahil seperti misteri
bayang-bayang rahasia
bayang-bayang bersilangan
bayang lintas bayang
pelintasanku

(2)
dengan mempercayai
kata kata kata
yang kutulis ini
jiwa dari jiwaku
jadilah raja diraja
sekaligus budak belian
sebuah kerajaan
purbani
lebih dari nafasku
bernama senantiasa
nasibmu
umbu landu paranggi


PERCAKAPAN SELAT

Pantai berkabut di sini, makin berkisah dalam tatapan
Sepi yang selalu dingin gumam terbantun di buritan
Juluran lidah ombak di bawah kerjap mata, menggoda
Dimana-mana, dimana-mana menghadang cakrawala
Laut bersuara di sisi, makin berbenturan dalam kenangan
Rusuh yang sampai, gemas resah terhempas di haluan
Pusaran angin di atas geladak, bersabung menderu
Dimana-mana, dimana-mana mengepung dendam rindu
Menggaris batas jaga dan mimpikah cakrawala itu
Mengarungi perjalanan rahasia cintakah penumpang itu
Namun membujuk jua langkah, pantai, mega lalu burung-burung
Mungkin sedia yang masuk dalam sarang dendam rindu
Saat langit luputkan cuaca dan laut siap pasang

 

SOLITUDE

dalam tangan sunyi
jam dinding masih bermimpi
di luar siang menguap jadi malam
tiba-tiba musim mengeristal rindu dendam
dalam detik-detik, dalam genggaman usia
mengombak suaramu jauh bergema
menggilkan jemari, hati pada kenangan
bayang-bayang mengusut jejakmu, mendera kikinian
seberkas cahaya dari menara waktu
menembus tapisan untung malang nasibku
di laut tiba-tiba angin, lalu gerimis berderai
dalam gaung kumandang bait demi bait puisi

 

KATA, KATA, KATA

Kenangkanlah gumam pertama
Pertemuan tak terduga
Di suatu kota pantai
Di suatu hari kemarau
Di suatu keasingan rindu
Di suatu perjalanan biru
Kenangkanlah bisikan pertama
Risau pertarungan kembara
Duka percintaan sukma
Rahasia perjanjian sunyi
Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, napas dan peristiwa
Mungkin hanya angin, daun dan debu
Pesona terakhir nyanyian sajakku

 

MELODIA

cintalah yang membuat diriku betah untuk sesekali bertahan
karena sajakpun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam
mengarungi suara-suara luar sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja
karena kesetianlah maka jinak mata dan hati mengembara
dalam kamar berkisah, taruhan jerih memberi arti kehadirannya
membukakan diri, bergumul dan menyeri hari-hari tergesa berlalu
meniup seluruh usia, mengitar jarak dalam gempuran waktu
takkan jemu-jemu nafas bergelut resini, dengan sunyi dan rindu menyanyi
dalam kerja berlumur suka duka, hikmah rahasia melipur damai
begitu berarti kertas-kertas di bawahbantal, pananggalan penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam deras bujukan
rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia sederhana
di rumah kecil papa, tapi gairah bergelora hidup kehidupan dan berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua tangan

 SABANA

memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
mengahdang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus
mainkan laguku
harum nafas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu
dibakar matahari
hela jiwaku risau
kerna kumau lebih cinta
hujan aku ke gigir cakrawala





Kidung

5 Kidung Dewa Yadnya yang Sering Ditembangkan Kidung adalah salah satu bentuk penyebaran ajaran agama Hindu yang beradaptasi dengan budaya l...